Minggu, 25 Oktober 2015

Gereja yang Rukun dan Mandiri (Mzm 133:1)


Pendahuluan
1.    Saya terkejut, tatkala Pak Hadi menyerahkan tema dan subtema kebaktian padang ini disela-sela studi banding ke GKI Kayu Putih. Tema nya adalah "alangkah indahnya apabila kita hidup rukun (Mzm 133:1)", dan sub tema "terciptanya hidup rukun menuju kemandirian teologia, daya, dan dana. Tema yang menarik dengan sub thema yang maha luas!!! yang akan disampaikan pada jemaat (kaum awam) sebagai pendengar. Saya mencoba meraba apa kira-kira tujuan yang ingin dicapai oleh GKPI Pondok Ranggon dengan sub thema ini. Tidak mungkin mereka hanya menempelkan sub thema agar kelihatan hebat toh? Lama saya menggumulinya dan  mereka-reka bahwa dasar dan tujuan dari kebaktian padang ini adalah kerinduan GKPI Pondok Ranggon untuk hidup mandiri. Hidup mandiri sebagai gereja yang berlandaskan kehidupan yang rukun, bukan ribut tentunya. Dugaan saya itu dibenarkan oleh Pak Hadi hari Rabu yang lalu saat kami bertelepon ria! Sebuah kerinduan yang pada sidang raya DGI (saat ini PGI) ke X sudah didengungkan, dan sekaligus menjadi salah satu kerinduan GKPI secara keseluruhan sejak gereja ini berdiri. Kerinduan yang sudah lama tetapi masih terus dirindukan.
2.      Jika perhatikan, ada dua kata yang menjadi penting dan memiliki hubungan sebab akibat (kausalitas) dalam tema dan sub tema ini, yakni rukun-mandiri. Itulah sebabnya, judul tulisan singkat ini diberi judul gereja yang rukun dan mandiri. Kerukunan dan bukan keributan menjadi asas kemandirian. Sesungguhnya rukun dan ribut adalah hal yang normal. Ada kalanya sebuah keluarga, gereja ribut dan rukun kembali, rukun dan kemudian ribut. Andar Ismail dalam kata pengantar bukunya Selamat Ribut Rukun pernah menuliskan kisah sbb:
"Papa dan Mama mau bercerai! Kamu pilih, mau ikut Papa atau ikut Mama?, bentak si ayah. Anak pertama terseduh-sedu memeluk ibunya dan menjawab, "ikut Mama." Anak kedua menangis, "saya juga ikut Mama." Si ayah terdiam lalu tersipu-sipu, berkata, "kalau begitu...Papa juga ikut Mama saja!" tetapi kita pindah dari rumah kakek ini, kita mandiri saja!!!!
Ribut menjadi rukun lagi. Ribut adalah normal tetapi ribut tidak rukun lagi, itu tidak normal. Oleh karena itu hidup rukun adalah sebuah proses menjadi dan sebuah usaha untuk menjaga serta menikmati hasil-hasilnya. Itulah pokok bahasan kita.

Apa itu kerukunan dan kemandirian?
3.      Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata rukun sebagai, baik dan damai; tidak bertengkar; bersatu hati; bersepakat (KBBI s.v rukun). Sementara dalam bahasa Ibrani -sebagaimana dipakai dalam Mazmur 133 - kata rukun (yashab) berarti tinggal/duduk bersama dalam kesatuan (Bible tools website 2014). Dengan kata lain, rukun tidak terbatas atau sama dengan homogen dalam pendapat, suku, pekerjaan, wajah, selera, dll. Rukun justru terjadi dalam keberagaman dan be rsifat dinamis. Rukun dengan demikian adalah kepelbedaan dalam kesatuan yang harmonis dan dinamis. Berbeda tetapi satu hati, bersepakat, dan dapat duduk bersama dengan damai. Untuk mencapai kerukunan diperlukan beberapa faktor yakni, kasih, menghargai kepelbedaan, mau bekerjasama (mau melakukan apa yang menjadi tanggungjawabnya) dan saling melengkapi, mencintai harmoni dan keutuhan. Sementara itu hal-hal yang perlu dihindari adalah kesombongan, keegoisan, individualistis, dan merasa lebih hebat. Rukun adalah hasil dari sebuah proses yang panjang.
4.      Mandiri adalah keadaan dapat berdiri sendiri; tidak bergantung pada orang lain. Kemandirian dengan demikian adalah hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain (KBBI s.v mandiri). Dalam kehidupan menggereja, mandiri bukan berarti berdiri saja, melainkan proses pertumbuhan menuju "kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan sesuai dengan kepenuhan Kristus" (Ef. 4:13), yang sadar dan berkeyakinan serta kemauan untuk menjadi satu gereja. Proses pertumbuhan ini dicapai dengan upaya bersama yang terus-menerus mengembangkan semua kemampuan/potensi dan pemberian Tuhan secara bebas dan bertanggungjawab bagi persekutuan, pelayanan, dan kesaksian (PGI 1994, 85). Kemandirian gereja juga berkaitan pengenalan diri dalam status sebagai gereja, dan penghayatan peran dalam pemberitaan, kesaksian, dan pelayanan berdasarkan firman Allah dan iman. Dengan kata lain, kemandirian sebagai unsur kedewasaan dalam gereja adalah suatu pertumbuhan kedewasaan dalam melihat, mengenal serta menghayati hakikat, kedudukan, status, dan peranan diri sendiri sebagai gereja Tuhan di mana Kristus menjadi kepala, dan segala gerak hidupnya menyinarkan kebenaran dalam kasih (Hutagalung 2012, 186).
5.      Dalam sejarah gereja, ada 3 slogan mandiri yang terkenal yakni self propagation (pengaturan sendiri dalam bidang pemeberitaan injil); self-goverment (mengurus dan mengatur organisasi sendiri); self-support (keuangan diatur dan ditanggung sendiri). Ketiganya menjadi syarat dan tuntutan untuk bisa menjadi gereja yang berdiri sendiri. Gereja yang mandiri selalu berprinsip saling menerima dan mengakui (Hutagalung 2012, 187)

Rukun dengan dan bersama siapa? Serta dampak kerukunan

6.      Sudah dikatakan di atas bahwa rukun tidak terbatas pada hal-hal yang homogen, meski rukun juga bisa dicapai dalam hal yang homogen. Kita dapat menemukan rukun-tani yakni persatuan kaum tani, di sisi lain kita juga mengenal rukun tetangga, rukun warga dll., yang anggotanya heterogen. Dengan kata lain, kerukunan dapat dicapai bersama dengan teman seprofesi, tetangga, dan warga dalam suatu daerah. Kerukunan dalam konteks Mazmur 133:1, jelas bahwa yang diharapkan hidup rukun adalah ”saudara-saudara" yaitu pertama-tama kerukunan antar warga gereja, kemudian kerukunan dengan warga non gereja.
7.      Persaudaraan, komunitas yang rukun itu dihargai dan diberi label "amat baik dan amat indah" oleh pemazmur. Label indah dalam Mazmur ini juga bermakna menyenangkan, mengasikkan, suka dipandang, dan dirindukan banyak orang. Sama seperti pemandangan alam yang indah senantiasa diminati dan dikunjungi oleh wisatawan, persaudaraan yang rukun, baik dan indah tentu diharapkan semua pihak. Dari kedua label itu, kita melihat bahwa persaudaraan yang rukun berdampak pada persaudaraan/relasi yang baik dan persaudaraan yang indah.
8.      Persaudaraan yang baik adalah persaudaraan atau persekutuan yang mempunyai kualitas yang baik, satu hati, satu jiwa dan satu kepentingan. Persaudaraan di mana satu dengan yang lain saling memahami, mengasihi, bisa saling melengkapi, bisa menjadi berkat bukan batu sandungan, keberadaan kita bisa dirasakan oleh orang yang di luar persekutuan kita. Dan hal ini harus dimulai dari diri sendiri.
9.      Persaudaran yang indah adalah persaudaraan yang tidak hanya terlihat baik-baik saja tetapi juga dapat dirasakan oleh orang lain dan lingkungan, bukan hanya disaat senang tetapi disaat susah dan orang lain membutuhkan bantuan, keberadaan seseorang bisa hadir sebagai pembawa berkat dan damai. Persekutuan yang indah akan membuat orang-orang di dalamnya bertahan dan merindukan persekutuan, karena merasa aman, nyaman, dan tentram.
10.  Persaudaraan yang baik dan Indah (rukun) ini dalam PB termuat dalam gambaran Paulus tentang jemaat yang digambarkannya bagaikan tubuh. Dalam kepelbagaian saling menopang, melengkapi, tanpa harus saling cemburu dan menganggap diri lebih penting, melainkan menerima perbedaan dan melakukan tugas masing-masing sesuai dengan karunia yang mereka miliki. Setiap anggota tubuh bertanggungjawab pada tugasnya dan terlibat dalam gerak kehidupan tubuh. Perbedaan bukanlah kekurangan, perbedaan bukanlah suatu kesalahan. Berani berbeda, berani hidup rukun (bnd. Rom 12:4-5; 1 kor 12:1-13).
11.   Dampak Positif dari kerukunan yang berlabel baik dan indah itu digambarkan sangat gamblang dalam Mzm 133: 2-3. Pertama, seperti minyak yang meleleh ke janggut. Dalam tradisi Perjanjian Lama, minyak dipakai untuk sesuatu yang bernilai sakral, kudus, misalnya mengurapi imam. Selain itu, minyak juga melambangkan kesukaan dan kasih setia. Artinya, kerukunan dan persatuan menjaga kekudusan jemaat dan kesukaan mengalir rata ke semua pihak dan dilakukan dengan asas kasih yang kudus, murni. Kedua, seperti embun yang melambangkan penyegaran kehidupan, menenangkan hati. Berkat dan kehidupan sebagai dampak positif kerukunan akan terpancar dan dialami oleh mereka yang hidup dalam kerukunan. Dengan kata lain, dalam kerukunan manusia dapat berkat yang berkelimpahan dan karunia yang beragam yang dapat dirasakan oleh semua orang, sebab Allah maha pemurah. Hal-hal yang bertolakbelakang dengan kerukunan seperti kejahatan, tipu-muslihat, kemunafikan, kedengkian dan fitnah (1Pet.2;1) tidak akan menerima berkat dan kerukunan itu. Kerukunan yang juga berarti kesehatian, sepakat, sangat dasyat dampaknya. Jumlah orang bukanlah hal utama dan kerukunan tetapi kuasa kerukunan tersebut. Dalam Injil, tentang dua orang yang sepakat, Yesus berkata:
“Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.  Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” (Matius 18:19-20)
12.  Kesehatian dan kemauan untuk bersatu (rukun) adalah inti utama untuk dewasa dan mengubah dunia. Jonatan dan hambanya membuat tentara Filistin ketakutan, Wright bersaudara bersatu menciptakan pesawat, tim sepak bola yang juara adalah tim yang paling baik memadukan perbedaan menjadi harmoni yang dasyat, jemaat yang kuat dan dewasa adalah jika semua anggotanya bersatu, bekerja bersama seperti kata pepatah; datang bersama, berbagi bersama, bekerja bersama, dan sukses bersama.
13.  Kerukunan menjadi pondasi/basis kemandirian. kerukunan dalam artian kesatuan, kesehatian, sepakat, menghargai perbedaan, dan bekerja bersama-sama seturut karunia/talenta dan apa yang ada pada setiap anggota menjadi pondasi penting bagi sebuah jemaat untuk mandiri. Sebab bagaimana mau mandiri jika tidak sehati? bagaimana mandiri jika gontok-gontokan dan mementingkan diri sendiri? sebaliknya ketidakrukunan menghasilkan perpecahan. Seperti pepatah Jawa yang mengatakan Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah:Kerukunan membuat menjadi kokoh, bertengkar menjadikan kehancuran/rusak[1].  Sebagai contoh, ada banyak gereja yang besar yang tidak  mandiri /"dewasa" karena anggotanya tidak rukun, bertengkar, dll. Di GKPI juga ada!! Oleh karena itu, GKPI pondok Ranggon ini sudah menyadari (dan menghidupi?) betapa pentingnya kerukunan bagi kemandirian gereja ini dalam menjalankan gerak pelayanannya, maka tema dan sub tema kegiatan hari ini dibuat sedemikian rupa. Tetapi pertanyaanya kemandirian Apa?

Kemandirian teologi, daya, dan dana
14.  Kemandirian teologi, daya, dan dana!!! Mungkin kita akan berkata, kemandirian teologi biarlah pendeta yang mengurusnya di sinode, kemandirian daya apa artinya ya? dan kemadirian dana biarlah BPHJ yang mengurusnya. Saya, dan anggota jemaat yang lain tidak perlu ikut, nanti malah jadi kacau! Pemikiran yang demikian tentu keliru. Untuk kemandirian gereja maka semua anggota jemaat yang adalah gereja itu sendiri harus terlibat, bersatu, sehati (rukun). Ketiga unsur ini tidak perlu dipisah dan diberi takaran tertentu, sebab ketiganya satu mata rantai yang saling mendukung. Kemandirian teologi tidak dapat dipisah kemandirian daya, sementara kemandirian daya menopang kemandirian dana. Kemandirian daya menjadi pusat strategis, sebab tanpa kemandirian daya, dua kemandirian yang lain tidak akan tercipta. Dalam tulisan ini, tentu kita tidak akan menjabarkan sejarah dan pemahaman ketiganya secara mendalam, tetapi akan lebih pada pemahaman sederhana dan praktis saja.
15.  Kemandirian teologi dalam taraf yang paling sederhana adalah kesanggupan untuk merefleksikan iman atas ajaran gereja berdasarkan firman Tuhan secara positif, kreatif, kritis dan membangun atas tantangan kehidupan manusia di tempat di mana kita berada. Dengan demikian, warga gereja, baik anggota maupun para pelayan terdidik dan mampu memberikan keterangan dan kesaksian tentang apa yang ia yakini berdasarkan kehendak Tuhan melalui firmann-Nya, baik dalam kehidupan priabdi, keluarga, masyarakat, gereja maupun negara (Hutagalung 2012, 190-191). Hal ini dapat dicapai melalui pembinaan dan pengalaman hidup seluruh warga jemaat. Bagaimana dengan warga jemaat GKPI Pondok Ranggon?
16.  Kemandirian daya. Daya adalah kekuatan, kekayaan, potensi dll. Sumber daya dalam gereja pada umumnya adalah seluruh warga jemaat, bukan hanya pelayan tahbisan atau para cendikiawan. Dengan demikian, kemandirian daya adalah usaha untuk mengembangkan daya (kekuatan) jemaat melalui terwujudnya peran-terpadu dan jaringan-jaringan yang nyata dalam penggunaan tenaga kaum awam dan para teolognya. Dengan sinkat kemadirian daya merupakan kedewasaan warga jemaat. Kemandirian daya ini mencakup juga motivasi, kehadiran/keterlibatan, dan keterampilannya. Tujuan kemandirian daya adalah supaya setiap pelayan, warga gereja semua usia, pria dan wanita mendapat perlengkapan dalam menjalankan tugas pemberitaan injil, kesaksian berdasarkan iman, dan pelayanan berdasarkan kasih dan keadilan Kristus. Dengan demikian yang paling utama adalah semua berpartisipasi menurut talenta yang diberikan Tuhan secara menyeluruh dalam penatalayanan. Inilah yang sering kita sebut dengan "imamat Am orang percaya".
17.  GKPI dalam Pokok-Pokok Iman pemahamannya, memaknai "imamat Am orang percaya sebagai " persembahan diri warga jemaat, material, moral, atau spiritual demi pembangunan jemaat. Hal ini, dilakukan sesuai dengan karunia masing-masing, dan tidak bergantung pada STATUS, KEDUDUKAN SOSIAL  ATAU ATRIBUT LAINYA (PASAL 4-5). Jabatan gerejawi dilihat seabgai fungsi pelayanan demi pengaturan dan pembagian tugas pelayanan (psl 7-9). Mencirikan partisipasi seluruh warga yang penuh gairah dalam ebrbagai derap pelayanan dan kesaksian gereja. Untuk itu diperlukan pembinaan berkelanjutan disemua usia (GKPI 1993, 25-27). Dengan kemandirian daya ini, tidak ada lagi ditemukan kekurangan tenaga pelayan, sebab semua terlibat dan tersedia. Bagaimana dengan GKPI Pondok Ranggon?
18.  Dalam studi banding ke GKI kayu putih, kemandirian daya menjadi salah satu yang paling mengesankan dari gereja tersebut. Pemberdayaan dan kemauan warga jemaat untuk turut serta dalam pelayanan sangat besar. Data menunjukkan dari 3600an warga jemaat, 683 orang ikut terlibat dalam pelayanan. 100 orang sekolah minggu, penerima tamu (usher) 105 orang, pengurus PP/remaja 35 orang. Semua ini hanya bisa tercapai dengan pembinaan mulai sejak dini untuk mengenal gereja dan nilai-nilai di dalamnya, serta mengenal Tuhan dan pelayanan bersama-Nya. Bagaimana dengan GKPI Pondok Ranggon?
19.  Kemandirian dana. Kemandirian dana adalah kemampuan untuk membiayai gerak hidup gereja (pelayanan dan misi) tanpa bergantung pada pihak lain. Kemandirian dana ini berkaitan erat dengan kemandirian daya, sebab jika semua daya yang ada dalam jemaat dikerahkan maka dana operasional dapat dipenuhi. Selain itu peningkatan taraf hidup warga jemaat (daya) adalah salah stu jalan menuju kemandirian dana. Dengan kata lain kemandirian daya berbanding lurus dengan kemandirian dana. Bagaimana dengan GKPI Pondok Ranggon?

Penutup
20.  Pada akhirnya, hidup rukun demi kemadirian bukanlah hal yang mudah meski diidamkan semua orang. Hidup rukun dapat dicipta tanpa melibatkan pihak lain, tetapi kemandirian melibatkan pihak lain, yakni pihak yang tidak akan dipakai lagi sebagai penyokong. Ketergantungan pada penyokong diputuskan. Dengan kata lain, kemandirian jemaat adalah sebuah kemauan untuk keluar dari zona nyaman menuju tantangan dan mengalahkannya. Hal ini hanya dapat dilakukan jika jemaat hidup rukun dan semua orang terbeban untuk terlibat menanggung beban. GKPI Pondok Ranggon mungkin saja sudah jemaat yang rukun, tapi apakah sudah mandiri? mari merenung. SELAMAT RUKUN DAN MANDIRI!

Daftar Acuan

GKPI. 1993. Pokok-pokok pemahaman iman GKPI. Pematangsiantar: Kolportase GKPI
Hutagalung, Sutan M. 2013. Pemberian adalah panggilan. Bogor: Darma Mahardika
PGI 1994. Lima dokumen keesaan gereja. Jakarta: BPK-GM
Tim Penyusun Kamus. 1988. Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Internet.
http://www.bibletools.org/index.cfm/fuseaction/Lexicon.show/ID/h3427/page/3 diakses 12 Juni 2014



[1] di kutip dari buku tertib acara kebaktian padang ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar