Mengasihi seperti Kristus
Joh 15:12
Saudara saudari ayang dikasihi Tuhan Yesus secara khusus saudara pengantin.
Tentu sauara berdau telah mengetahui bahwa pernikahan adalah sebuah dunia yang baru bagi saudara berdua. Meski sudah eprnah menikah sebelumnya, tetapi pernikahan hari ini adalah hal baru baru saudara berdua. Beberapa lama wakntunya anda berdua menjalani hidup sendiri mulai hari ini akan berjalan bersama. Dulu hanya memikirkan keluarga asal sekarang sudah harus memikirkan keluarga yang didatangi. Itu sebabnya pernikahan bukan pula hanya membentuk keluarga baru tetapi juga melanjutkan keluarga lama. Sebagai dunia yang baru, pernikahan senantiasa membutuhkan adaptasi dan letupan letupan baru dalam bentuk kominikasi dan tanggung jawab baru. Sebagai dunia yang baru, pernikahan juga adalah sekolah cinta kasih yaitu tempat dimana kita belajar dan mempraktekkan cinta kasih.
Dalam rumah tangga, mengasihi itu bukan hanya anjuran, tetapi sebuah perintah dari Allah. Sebuah perintah tentu memiliki konsekunesi jika dilakukan dan tidak dilakukan. Perintah Allah untuk saling mengasihi dalam teks pernikahan hari ini adalah dengan cara meniru cara dan tujuan Kristus mengasihi kita. Teks hari ini berbunyi: Inilah perintahKu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Ini adalah perintah Yesus bagi para murid semasa hidupNya. Yesus menginginkan umat perccaya mengikuti pola Dia mengasihi Dunia yakni dengan memberi diri sepenuhnya demi kekudusan dan keselamatan manusia. Dengan kata lain, kasih senantiasa membawa obyek yang dikasihi pada keselamatan, kesejahteraan, kekudusan dan terhindar dari dosa.
Di dalam Alkitab, Proses menikah kembali adalah upaya untuk tidak hangus dalam dosa. Kepada para janda dan orang yang tidak menikah Rasul Paulus dengan tegas mengatakan: "tetapi kalau mereka tidak dapat menguasai diri, baiklah mereka kawin. Sebab lebih baik kawin dari pada hangus karena hawa nafsu". 1 Kor.7:9. Nasihat Paulus itu pertamatama berkaitan dengan dosa seksual dan penghargaan akan kekudusan tubuh. Meski bisa diperluas pada dosa yang lain. Seperti Kristus yang mengasihi kita supaya bebas dari dosa, Oleh karena itu, hendaklah pernikahan kedua yang saudara berdua jalani hari ini adalah langkah sadar dari saudara berdua supaya tidak hangus dalam dosa bukan hanya karena memuaskan hasrat pribadi semata. Pernikahan kedua saudara menjadi arena untuk menguduskan hidup dan tubuhmu masing masing dengan cinta dari Kristus. Ingatlah sebagimana kita dengar dalam khotbah hari Minggu yang lalu tubuhmu adalah bait Roh Kudus dan kepunyaan Allah.
Secara khusus bagi Mangatur Purba, pernikahan kedua ini bukan menjadi arena coba-coba dan arena mengulang kesalahan, kegagalan, dan dosa masa lalu. Sebaliknya pernikahan kedua ini adalah upaya untuk memperbaiki diri, menghargai anugerah Allah dalam bentuk keluarga, dan menguduskan diri. Dengan demikian, keluarga yang akan dimasuki saudara berdua adalah keluarga yang menolong saudara berdua dan keluarga untuk saling menguduskan dan menghindarkan diri masing2 dan keluarga dari dosa.
Saudara pengantin yang dikasihi Tuhan,
Jeremy Schwart pernah berujar bijak :" Hiduplah setiap hari seolah olah itu hari terakhirmu...Sebab, suatu hari, hari itu sungguh sungguh menjadi hari terakhirmu". Dalam konteks pernikahan ini kita bisa mengubahnya demikian: "Cintailah kekasihmu (suami atau istrimu) setiap hari seolaholah itulah hari terkahir kalian..Sebab, suatu hari, hari itu sunguhsunguh menjadi hari terakhir kalian." Dengan demikian, mulai dari hari pernikahan ini dan hari hari berikut yang akan saudara berdua jalani harus dilihat sebagai hari CINTA yaitu CINTA KASIH TUHAN. Hari ini dan hari berikutnya menjadi sangat berharga untuk dinikmati dan dihayati bersama dan berusaha untuk membuat gerak hidupmu menjadi HADIAH yang HADIR sepenuhnya bagi pasanganmu. Sebaliknya, KEHADIRANMU dalam hidup pasanganmu adalah HADIAH bukan MALAPETAKA. Kehadiran Mangatur dalam kehidupan Nora dan sebaliknya adalah hadiah yang indah bukan menjadi malapetaka, sumber kekacauan.
Bagaimana supaya itu terjadi? pertamatama haruslah dihayati dan ditunjukkan oleh saudara beruda bahwa keputusan menikah kiranya bukan karena tekanan keluarga atau karena usia yang sudah lanjut, bukan pula hanya pelarian dari masa lalu, dll akan tetapi karena doa yang bersumber dari keyakinan kepada Tuhan. Sebab sebagaimana dikatakan oleh Soren Kiergegard "seseorang yang memiliki cinnta di dalam dirinya harus memahami bahwa cinta datangnya dari Tuhan dan Tuhan sendiri yang menempatkan cinta dalam hati seseorang. Itu sebabnya pernikahan senantiasa memutuhkan tiga pihak yakni Mangatur, Nora dan TUHAN (DIALOGUE). Dalam Konseling pranikah kita juga telah membahas bahwa hubungan suami istri digambaran sebagai hubungan Kristus dengan jemaat. Dimana suami adalah gambaran Kristus dan Istri gambaran Jemaat. Dalam hal ini, tidaklah mungkin sebuah keluarga orang percaya jauh dari Tuhan dan persekutuan di gereja. Saling mengasihi seperti Kristus mengasihi Jemaat dan saling menghormati sebagaimana jemaat menghormati Kristus. itulah sebabnya kita perlu mengingat ungkapan Faven Weaver demikian: Pernikahan terbaik adalah pernikahan yang dibangun dengan perasaan saling menghormati, saling membantu, dan perasaan saling mencintai yang tidak pernah habis". Cinta yang tidak pernah habis dan yang kekal melewati batas waktu adalah cinta yang bersumber dari Tuhan. Cinta dalam hal ini, seperti yang dikatakan oleh Bunda Theresa adalah buah tanpa musim. Cinta seumpama bintang yang makin bersinar ditengah kegelapan. Dengan demikian, persoalan kehidupan se kelam apapun tidak akan meredupkan cinta sejati. Demikianlah kita menjadi hadiah yang indah bagi pasangan karena tetap bersinat disaat hidup berada dalam kekelaman. Bukanlah lilin kecil menjadi hadiah yang indah disaat kondisi gelap?
Saudara berdua yang dikasihi Tuhan, Menjadi HADIAH bagi pasangan berarti menjadi saluran berkat. Kita mungkin bisa belajar dari bambu. Bambu bisa dimanfaatkan sebagai perabot rumahtangga, diolah menjadi pakaian, bahan bangunan, bahan makanan. Bambu bisa diolah menjadi bahan sandang, pangan dan papapn. Di desa bambu bisa dibisa menjadi paralon atau saluran air baik untuk bak mandi, kolam ikan, sawah. bambu awalnya berdiri tegak, kemudian dipotong, dibersihkan dibelah dan diolah sedemikan rupa agar bisa dimanfaatkan. Singkatnya untuk bisa menjadi saluran air, bambu harus mengalami proses yang menyakitkan, ditebang, dibelah, dibersihkan, dilobangi. Demikianlah, hidup pasangan suami istri, agar bisa menjadi saluran rahmat Allah dan menjadi hadiah bagi pasangannya, memang harus dibentuk melalui proses yang panjang dan kadang menyakitkan. Demikianlah juga kasih Kristus yang menebus kita. Ia mencintai kita dengan menjalani proses yang sangat menyakitkan bahkan mengorbankan nyawanya. Dalam teks pernikahan hari ini Tuhan memerintahkan agar saudara berdua saling mengasihi sebagaimana Kristus mengasihi kamu. Kasih Kristus adalah wujud kepedulian dan pengorbanan. Memang dalam rumah tangga dibutuhkan kepedulian meski kepedulian menuntuk pengorbanan besar. Sebaliknya ketidakpedulian akan memunculkan kerugian besar.
Sebagiaman bambu, dalam dirinya sendiri, ia tidak akan bisa begitu saja menjadi saluran kehidupan bagi manusia, manusia pun dalam dirinya tidak akan menjadi saluran rahmat kasih Allah, jika tanpa prakarsa dan campur tangan Tuhan.
Menjalani rumah tangga yang akan dibentuk hari ini kirnnya saudara berdua mengikatnya dalam SALIB Kristus yang dalam bahasa Inggris disebut CROSS: Commit; Respect; Obidience, Silent, support (Fire Proof: Dont leave your partner behind). Khalil Gibran dalam buku Sang Nabi mengatakan bahwa: Sebab kasih itu memahkotaimu sekaligus menyalibkanmu. Ia membuatmu tumbuh sekaligus memangkasmu.
Akhirnya, ditengah kondisi yang terjadi saat ini, kedua belah pihak keluarga memutuskan untuk tidak melaksanakan pesta adat. Memang pemberkatan tanpa pesta adat, akan membuat anda berutang secara adat. Karena kita sebagai orang Kristen Batak, memiliki identitas ganda. Sebagai Kristen dan sebagai Batak. Rumah tangga pun jadinya demikian. Keluarga Kristen dan Keluarga Batak. Dari sudut Kekristenan, rumah tanggamu telah sah dan utuh setelah menerima pemberkatan di gereja meski tidak ada pesta adat. Tetapi dari segi Kebatakan, anda masih memiliki hutang yang harus dibayar kemudian. Dengan demikian dalam kekristenan, pernikahan pertama-tama adalah urusan dengan Tuhan. Kita mengaku bahwa Tuhanlah yang telah paturehon hamu nadua jala yang mempertemukan.
Tetapi marilah kiranya diingat bahwa rumah Tangga bukan berarti berdasarkan tumpukan asesori pesta nikah, melainkan atas dasar anugerah Tuhan. Oleh karena itu, segala urusan pesta memang penting, namun yang lebih penting lagi adalah mengawali rumah tangga ini dengan pengakuan bahwa Tuhanlah yang membangun rumah tangga ini dan dengan permohonan kiranya Tuhanlah yang selanjutnya akan memiminpin rumah tangga ini. Jika demikian, keluarga baru ini akan menjadi keluarga yang dekat dengan Tuhan, gereja, dan sesama. Akhirnya saya ingin menyampaikan kepada saudara berdua selamat menikmati kebaikan Tuhan dalam rumah tanggamu dan selamat menemukan percikan percikan Tuhan dalam diri pasangan masing masing. Amen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar