Bersorak Dalam Kasih Setia Tuhan
(Mazmur 31:8-16)
Bersorak Ditengah Tekanan Hidup
Bapak/ibu saudara/i yang dikasihi Yesus Kristus,
Hidup dalam tekanan (stress) adalah sebuah keniscayaan. Secara khusus dalam konteks Covid-19 yang sedang kita hadapi bersama yang berdampak pada pola pendidikan yang berubah, ekonomi yang melambat, keluarga yang terinfeksi, kehilangan orang yang terkasih, dll membawa kita pada kehidupan yang stressfull. Kondisi itu bisa jadi merenggut sukacita kita. Sebab, biasanya, ketentraman, kedamaian, kesehatan, keberhasilan, kekayaan, dll, lihat sebagai alasan mengapa manusia layak bersukacita. Tentu hal tersebut tidak salah! Tetapi sukacita tidak bisa dibatasi hanya dalam kondisi seperti itu. Sebab jika demikian tentu orang sengsara tidak akan bisa bersorak dan bersukacita.
Hari ini kita memasuki Minggu Palmarum dengan tema minggu: "Bersoraklah Akan Kasih Setia Tuhan". Minggu Palmarum tentu bukan hanya dirayakan oleh mereka yang hidupnya tentram, berhasil, kaya dan damai saja. Semua umat percaya merayakan Minggu Palmarum untuk mengingat bagaimana Yesus disambut dengan soraksorai ketika memasuki kota Yerusalem, meski Yesus masuk ke Yerusalem untuk menjalani jalan salib dan jalan derita. Itu berarti Minggu Palmarum juga adalah ajakan bersorak dan bersukacita termasuk bagi saya atau anda yang sedang menghadapi tekanan hidup, kegagalan, penderitaan karena sakit penyakit, dikucilkan sesama, dibenci keluarga dan penderitaan yang lain.
Paradoks memang, sebab orang menderia biasanya meratap, ini malah diajak bersorak dan bersukacita. Tetapi apa yang aneh bagi kita itulah yang sering dinyatakan Tuhan dalam kehidupan kita yang membuat kita tercengang dan bersyukur. Paradoks yang demikian juga yang kita hayati dalam minggu palmarum. Dalam masa prapaskah kita diajak untuk menghayati penderitaan Kristus tetapi minggu palmarum kita diajak untuk bersorak sorai menyambut penderitaan dan kematian Yesus. Pertanyaannya kemudian adalah: Bagaimana caranya mengelola stress dan penderitaan sehingga bisa tetap bersorak dan bersukacita? Firman Tuhan hari ini yakni Mazmur 31:8-16 menolong kita untuk memberi jawaban. Firman Tuhan ini merupakan doa pemazmur yang sedang mengalami masa kelam. Ia adalah seorang yang sedang bergumul karena nama baiknya dijatuhkan para musuhnya. Apa saja yang dialami oleh Pemazmur?
a. Sesak, sakit hati, dan jiwanya merana.
b. Ia berduka dan hidup dalam keluh kesah karena sengsaranya.
c. Ia sakit: kekuatannya merosot dan tulang tulang nya menjadi lemah, Ia dicela (ay. 12), Ia di kejar (ay.16), para musuhnya bersekongkol menyiarkan dusta terhadap dia (bnd. ay. 19, 21), sehingga ia ditinggalkan orang dan hilang dari ingatan sesamanya. Dia dipergunjingkan! (ay. 12-13) (Ilustrasi, bagaimana perasaan digunjingkan orang dan ketika didekati orang2 pada lari), musuhnya bermufakat untuk mencelakakan dan mencabut nyawanya (ay.14), ia menderita sengsara, ia sakit, hidupnya penuh duka (10-11). Ditinggalkan dan hilang dari ingatan sesama. Ia yang sedang dalam penderitaan ditinggalkan oleh teman dan kenalan. Ia terasing dalam kesendirian dan sepi tanpa dukungan siapapun. Betapa pedihnya diitnggal sendiri apalagi dalam kondisi sengsara. Ia sepertinya telah hilang dari ingatan sesamanya seperti barang yang pecah, yang tidak berguna dan siap untuk dibuang. Jika disuruh memilih mungkin akan lebih banyak mati tetapi ingatan tentangnya dikenang, dihormati, dihargai. daripada hidup tetapi tidak dinggap, tidak diperdulikan, tidak diingat dalam segala aktivitas, hidup tetapi dianggap tidak ada, hidup tetapi dijauhi/ditakuti, hidup tetapi dipergunjingkan, hidup tetapi dianggap sudah mati. Dalam bahasa batak, asalma disi hosana i
Secara sederhana, penderitaan yang dialami oleh Pemazmur mengerogoti tubuh, jiwa dan rohnya. Penderitaan yang utuh!
Sorak Sorai dan Sukacita: Fokus pada Tuhan
Bapak/Ibu/Saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus,
Menilik apa yang dialami oleh pezmur kita bisa mengatakan bahwa ia sedang berada dalam kondisi yang tidak ideal untuk bersorak dan bersukacita! Tetapi luar biasanya, di tengah kondisi itu, kalimat pertama dalam nas kita hari ini adalah seruan sukacita. Pemazmur berseru Aku akan bersorak-bersorak dan bersukacita karena kasih Setia-Mu (ay.8a). Dasar utama untuk bersorak bukan kondisi yang dihadapinya tetapi kasih setia Tuhan. Fokusnya adalah Tuhan bukan persoalan hidupnya. Ia mengandalkan Tuhan bukan dirinya dan sesamanya. Bahkan ketika nyawanya terancam oleh musuhnya ia berseru tetapi aku, kepadaMu aku percaya ya Tuhan, Engkaulah Allahku! (ay.15). Secara sederhana, ia tidak peduli apa yang dilakukan oleh para musuhnya, tidak peduli teman dan para kenalannya meninggalkannya, Pemazmur tetap memercayakan dirinya pada Tuhan. Tuhan yang maha kuasa dan sekaligus personal/dekat kepadanya. Ia menjadikan Allah sebagai kubu pertahanan dan sumber pertolonganya. Keyakinan iman yang demikian membawanya pada sikap berserah dan memohon agar kiranya Tuhan melepaskan dia dari musuh dan persoalan hidupnya sebab Masa hidupku ada dalam tanganMU (Ay. 16a). Ia begitu yakin bahwa nyawanya bukan ditangan /ditentukan oleh musuh dan penderitaan yang dialaminya, tetapi di tangan Tuhan sumber dan akhir perjalanan hidupnya. Ia yakin bahwa masa hidupnya panjang atau pendek, manis atau pahit ada ditangan Tuhan sehingga dengan tenang menghadapi derita itu serta mampu bersorak sukacita.
Bapak/Ibu/Saudara/i yang dikasihi Tuha Yesus,
Pengalaman dan doa pemazmur ini mendorong kita untuk menyadari bahwa sukacita dan iman pada Tuhan ditenkukan oleh fokus kita! Jika Fokus pada Tuhan dan Kasih Setia-Nya niscaya kita akan bersukacita sebab Tuhan jauh lebih besar dari segala persoalan dan keberhasilan kita. Allah dalam kasih setia-Nya patut diandalkan seperti seruan pemazmur di tengah penderitaannya:" Sebab engkau menilik sengsaraku, memperhatikan kesesakan jiwaku, tidak menyerahkan aku ke tangan musuh, tetapi menegakkan kakiku ditempat yang tenang (ay. 8b-9). Secara sederhana, empati dan penyertaan Tuhan dalam situasi yang dialaminya, cukup bagi pemazmur untuk bersoraksorai meski tidak langsung dilepaskan dan dibebaskan Tuhan. Di tengah kondisi sulit yang dihadapnya, Allah memberi dia stabilitas dan kekuatan untuk melewatinya. Inilah yang juga sering dialami orang percaya dimasa kini. Misalnya, keluarga ito saya, pada bulan Desemebr lalu terinfeksi covid dan memaksa mereka melewati masa natal di RS tanpa kehadiran anak-anak mereka yang masih kecil. Menjalani isolasi selama 21 hari dan baru diizinkan pulang tepat pada tanggal 31 malam. Dalam masa sulit itu, ito itu memberi kesaksian bahwa Allah memang tidak langsung menyembuhkan mereka tetapi Allah memberi mereka hati yang kuat untuk melaluinya.
Demikinalah keyakinan bahwa Tuhan tidak meninggalkan kita menjadi pendorong untuk tetap tenang menjalani kehidupan meski situasi sekitar sedang gaduh. Tetap bersukacita meski air mata dan kepedihan sedang bersarang ditubuh kita. Tetap bersyukur meski hidup penuh tekanan. Tetap tersenyum meski dicemoh dan dilupakan orang. Meski Covid-19 membatasi ruang gerak kita bahkan ada yang dipaksa mengisolasi diri, terkepung dalam sunyi dan sepi, tetapi Cinta Kasih Tuhan tidak terbatas dan tidak menjadi sepi. Tuhan senantiasa menilik, memperhatikan dan beserta dengan kita bahkan di ruang isolasi itupun!
Fokus pada Allah dan kasih Setia-Nya: Sukacita yang tak berkesudahan
Bapak Ibu saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus,
Sukacita dan sorak sorai yang didasarkan pada kasih setia Tuhan membawa kita pada sorak sorai dan sukacita yang tidak berujung dan berkesudahan, sebab tak berkesudahan kash setia Tuhan...selalu baru tiap pagi (Rat. 3:22-23). Hal itu sekaligus mendorong kita untuk mengasihi dengan tidak berkesudahan. Tetapi, perlulah kita mengingat bahwa kasih setia (Ibr. khesed) Tuhan bukanlah kasih yang memanjakan sehingga segala sesuatu yang kita minta dan inginkan akan dikabulkan. Kasih setia Tuhan adalah pemeliharaan yang membawa pada ketangguhan. Seperti seorang petani yang memelihara Tomat, mereka harus menggunting daun dan cabang-cabang Tomat agar nutrisi tanah berfokus pada buahnya. Rasa sakit karena harus dipotong dan kehilangan bagian-bagian tertentu dari tubuh pohon tomat itu adalah bagian dari upaya memberi buah yang banyak. Demikianlah kasih setia (pemeliharaan) Tuhan membawa kita melewati rasa sakit dan kehilangan agar kita bisa berbuah banyak.
Kasih setia Tuhan adalah cinta yang mendorongNya untuk mau dan mampu melakukan yang terbaik bagi hidup kita umat yang dicintaiNya. Demikian juga kita didorong oleh cinta yang sama mau dan mampu melakukan yang terbaik bagi Tuhan dan sesama. Cinta yang seperti itu akan menuntut kepedulian dan pengorbanan. Ditengah konteks covid ini tentu cinta yang demikian akan sangat menolong.
Dalam bingkai kasih setia Tuhan, sorak sorai dan sukacita tidak lagi dipengaruhi apakah keinginan kita terpenuhi atau tidak, tetapi dipengaruhi oleh keyakinan akan kasih setia Tuhan yang membawa kebaikan dalam hidup kita di dunia ini dan di sorga kelak. Sebab orang yang mencinta akan tetap bahagia meski hanya memakan ikan asin sekalipun. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki cinta dalam hidup akan merana meski senantiasa memakan rendang dan lauk yang enak serta bergelimang harta. Kasih setia menjadi penentu sukacita. Sebab kalau sorak sorai dan sukacita ditentukan oleh keterpenuhan keinginan maka kita tidak ada ubahnya seperti orang banyak yang mengelukan Yesus di Minggu Palmarum tetapi menghujat dan mencelanya di Jumat Agung! Kita akan menjadi orang yang mencla mencle dan akan diperbudak oleh keinginan kita.
Sukacita Minggu Palmarum
Bapak/Ibu/Saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Palmarum mengingatkan kita bahwa orang yang bersukacita adalah mereka yang berjuang untuk fokus pada Tuhan dan tujuan hidupnya. Itulah yang dilakukan oleh Yesus ketika ia memasuki kota Yeresalem sebagaimana diebritakan dalam nas epistel kita hari ini. Bisalah kita bayangkan bagaimana perasaan dan tekanan yang dihadapi Yesus pada saat itu? Ia tahu bahwa memasuki Yerusalem kali ini adalah memasuki penderitaan, Ia tahu akan menghadapi penyiksaan dan berujung pada kematian. Betapa terkenannya jiwanya! Ia yang akan menghadapi penyiksaan itu, malah disambut dengan soraksorai, dieluelukan. Inilah paradoks Palmarum itu. Ditengah jalan Yesus menuju penderitaan ia disambut penuh sorak sorai. Kedatnagannya ke Yerusalem disalah mengerti orang banyak. Dalam penyambutan yang penuh sorak sorai itu, Yesus tidak menjadi junawa dan jatuh pada euforia. Ia juga tidak menjadi stress dan frustasi ketika orang yang mengeluelukannya dengan sorak sorai segera berbalik mencemooh, mencela dan mengutuk-Nya di hari penyalibpan-Nya. Ia tetap tenang sebab fokusnya bukan soraksorai dan cacian itu, melainkan tugas yang diberikan Bapa-Nya yakni Salib.
Dari sini kita juga melihat kemampuan Yesus memasuki Yeruslem dan deritanya dengan tenang sebab KASIHNYA jauh lebih besar daripada PENDERTIAAN yang akan dialaminNYA. Dengan demikian, Ia menjadi kuat, tidak layu dna tidak mudah goyah. Hal ini juga mengingatkan kita akan simbol minggu palmarun yakni daun palem yang secara ilmu botani menjadi salah satu daun yang susah layu menyimbolkan pengharapan dna kehidupan yang tegar dan tidak mudah goyah. Apakah anda masih tergoda untuk junawa saat dipuji dan dielukan dan tertekan serta frustasi saat diejek dan dihujat orang banyak? belajarlah dari Pemazmur dan Yesus agar anda tetap bersukacita.
Belajarlah untuk fokus pada Tuhan dan firmanya bukan pada kondisimu dan pada kata orang. Bandingkan Kisah Orang yang naik keledai.
Akhinya, meneladani spiritualitas pemazmur dan Yesus di Minggu Palmarum, marilah kita dengan tenang dan penuh kedamaian menjalani kehidupan ini meski sedang dan harus melewati jalan derita, sebab kita yakin Tuhan berserta kita. Mari dengan penuh percaya menyerahkan diri pada-Nya serta menyongsong kasih setia-Nya yang meneguhkan dan menyelamatkan. Ketika anda tidak punya apa-apa dan siapapun yang dapat diandalkan, berpaling dan andalkanlah Tuhan. Fokuslah pada Tuhan dan tujuan hidupmu bukan pada persoalan dan penderitaanmu. Sebab ketika kita akan roboh ketika fokus pada persaolan. Sebaliknya, persoala akan kita robohkan ketika fokus pada Tuhan. Ingatlah Tuhan berkuasa melepaskan dan menyelamatkanmu . Selamat Minggu Palmarum. Selamat bersorak dan bersukacita mensyukuri betapa besar kasihNya kepada kita. Amin (Pdt. Dirgos Ch Lumbantobing)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar