Senin, 03 Mei 2021

Khotbah Minggu, 02 Mei 2021 Mazmur 150:1-6

 

Segala yang bernapas memuji Tuhan

(Mzm. 150)

Saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

Tidak terasa setahun sudah kita beribadah dalam 3 sesi dan semua berlangsung dalam Bahasa Batak. Itu artinya, selama satu tahun kita tidak melaksanakan ibadah berbahasa Indonesia. Hari ini, untuk pertama sekali dalam satu tahun ini kita kembali melaksanakan ibadah berbahasa Indonesia. Hal ini tentu bisa menjadi salah satu alasan kita untuk bersyukur. Bersyukur bahwa satu tahun ini kita bisa melewati beragam tantangan dan hari ini bisa beribadah bersama dalam kebaktian bahasa Indonesia. Bersyukur bahwa meski selama satu tahun kita tidak berbahasa Indonesia tetapi pelayanan dan semangat kita tidak berkurang. Oleh karena itu, layaklah kita berkantate, bernyanyi memuji Tuhan seperti nama minggu kita saat ini.

Dalam Minggu Kantate ini, kita disapa oleh Firman Tuhan dari Mazmur 150:1-6. Mazmur ini adalah mazmur terakhir dari rangkaian Mazmur pujian/Haleluya yang dimulai dari pasal 146. Mazmur ini di mulai dan diakhiri dengan ungkapan Haleluya, yang berasal dari dua suku kata dalam bahasa Ibrani yakni Halle yang berati pujilah dan Yah sebagai singkatan dari YHWH yang artinya Tuhan. Singkatnya, halelluyah adalah ajakan untuk memuji Tuhan. Maka dari sturktur pasal ini yang dimulai dan ditutup dengan seruan haleluya mengajak kita untuk memulai dan mengakhiri aktifitas dan kehidupan kita dengan seruan memuji Tuhan.

Teks kita hari ini secara sederhana menjelaskan dimana (ay.1), kenapa (ay.2), bagaimana (3-5), dan siapa  (6) yang memuji Tuhan.

Saudara/i yang dikasihi Yesus Kristus,

Dimanakah kita harus memuji Tuhan? teks ini memberi petunjuk ketika ia berseru Pujilah Tuhan di tempat kudusNya Pujilah dia dalam cakrawalaNya yang kuat!. Memuji Tuhan di tempat kudusNya (qados; sanctuary) pada masa pemazmur merujuk pada tempat persemayaman Allah yang kudus yakni Bait Allah dan dalam konteks kita adalah gereja. Gereja dalam hal ini tidak hanya gedung saja tetapi juga orangnya. Dengan demikian, hati kita orang yang percaya adalah bait Allah tempat persemayaman Allah dan tempat kita memuji Tuhan. Memuji Tuhan dalam CakrawalaNya (Raqia, firmanen) merujuk pada langit dan bisa juga dimaknai sebagai sorga. Dengan demikian, teks ini menyebut kita memuji Tuhan di mana saja yakni di bumi dan di sorga! Memujinya dalam tempat kudusNya tentu dalam kekudusan juga.

Ungkapan tempatNya yang kudus menunjuk pada ibadah kita di gereja. Itu artinya tujuan utama kita datang bersekutu dan beribadah hari minggu adalah untuk memuji Tuhan bukan yang lain. Semisal datang beribadah untuk menunjukkan penampilan baru (baju, rambut, sepatu, dll), sebab semua bisa dimaknai baru, misalnya baju kita bisa kita lihat baju baru, yakni baru dipakai 20 kali misalnya. Atau untuk bertemu calon gebetan, melihat dan menilai penampilan orang lain. Bukan itu. Kita datang untuk memuji Tuhan! Tetapi perlu kita ingat bahwa ibadah bukan hanya digereja tetapi dalam seluruh kehidupan kita. Itu sebabnya ada sebutan liturgi kebaktian dan liturgi kehidupan. Semua kegiatan keseharian kita baik di rumah, di sekolah, di kantor, di ladang, dll adalah tempat kita memuji Tuhan. Hari minggu hanyalah puncak dari perayaan dan pujian kita pada Tuhan.

Saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

Mengapa kita harus memuji Tuhan? karena KeperkasaanNya dan kebesaranNya yang hebat! Kata keperkasanNya (geburah, mighty act) merujuk pada apa yang telah diperbuatNya. Kata KebesanranNya yang hebat (godel; greatness)merujuk pada siapa diriNya/ hakikatNya. Oleh karena itu jika ada yang bertanya kenapa kita harus memuji Tuhan? teks ini memberi sedikitnya dua alasan yakni:

Kita memuji Tuhan karena apa yang telah diperbuatNya dalam hidup Kita.

Dalam konteks pemazmur mereka telah merasakan karya Allah yang membebasakan umat Israel dari perbudakan Mesir, merawat umatNya melewati beragam tantangan, membuat mereka menjadi umat kesayangan, memberi mereka tanah terjanji, mengampuni kesalahan mereka, menyembuhkan penyakit dan menebus dari liang kubur, dll. Saat ini mari kita berpikir sejenak apa yang telah diperbuat Allah dalam kehidupan kita? Ada banyak hal yang bisa kita daftarkan perbuatan Allah dalam hidup ini, semisal Ia yang menenun kita dirahim ibu kita, Ia yang telah menebus kita dari dosa melalui Yesus, memberi kita pengampunan, memberi kita kehidupan, kesehatan, pendidikan, kebutuhan sehari hari, Ia membimbing kita melewati masa pandemi ini sehingga kita bisa bertahan, Ia yang menggerakkan hati sesama kita untuk saling membantu, Ia yang memberi kekuatan saat kita terpuruk, ia menopang dan menyembuhkan kita saat sakit, dan masih banyak lagi yang bisa kita daftarkan sesuai dengan pengalaman kita sehari hari. Bahkan ketika kita bisa bangun tadi pagi dalam keaadaan sehat, meski kita tidur tidak tahu apa-apa tetapi kita tidak apa-apa karena apa? dijaga oleh Tuhan. Itupun menjadi alasan kita untuk memuji Tuhan. Kita memujinya bukan karena kehebatanNya berbicara tetapi karena keperkasaan dan perbuatanya yang hebat.

Kita memuji Tuhan karena keberadaan dan hakikatNya yang maha besar. Bukankah kita memuji seseorang jika ia memiliki kehebatan, kepintaran, kebaikan, kekayaan, dll? demikianlah Allah dipuji karena kebesaran dan kehebatanNya yang maha agung itu. Ia Allah yang kekal, penuh cinta kasih, peurah, dll. Pujilah Tuhan karena diriNya sendiri layak untuk dipuji. Dengan demikian, memuji Tuhan bukan karena diri kita, bukan karena apa yang kita rasakan, bukan pula karena apa yang kita alami, tetapi memuji Tuhan karena Dia Allah yang maha besar. Kita memuji Tuhan bukan karena siapa kita tetapi karena SIAPAKAH TUHAN dalam hidup kita.

Saudara/i yang dikasihi oleh Allah,

Bagaimana kita memuji Tuhan? Jika kita membaca ayat 3-5 seakan-akan kita memuji Tuhan dengan alat musik dan tarian. Dalam teks ini kita diarahkan memuji Tuhan dengan jenis alat musik tiup, petik, dan pukul yang jika diganungkan tentu sangat riuah dan ramai. Akan tetapi jauh dari itu, jika kita perhatikan ayat tersebut mengarahkan kita untuk mempergunakan segala yang ada pada kita untuk memuji Tuhan. Pergunakanlah nafas mu untuk memujinya dengan meniup sangkakala, dan seruling. Pergunakanlah jarijarimu untuk memuji Tuhan dengan memetik gambus, kecapi, dan membunyikan ceracap. Pujilah Tuhan dengan seluruh tanganmu dengan memukul rebana. Pujilah Tuhan dengan gerakan seluruh tubuhmu dengan taritarian. Itu artinya, memanfaatkan seluruh hidup dan tubuh kita untuk kebaikan adalah cara kita memuji Tuhan.

Dengan demikian, Memuji Tuhan tidak terbatas haya pada mereka yang bisa memainkan musik, bernyanyi dan menari. Tetapi semua orang bisa memuji Tuhan dengan nafas, jari, tangan, dan seluruh tubuhnya. Bahkan saat kita meniup seruling dan snagakala, selain nafas kita, mulut, lidah, bibir dan tangan kita juga bekerja agar seruling itu berbunyi. Sekali lagi memuji Tuhan dengan seluruh tubuh dan hidup kita. Memuji Tuhan tidak hanya dengan mulut tetapi dengan semua gerak hidup kita. Saat ini, Kita diajak untuk membuat seluruh kehidupan kita manjadi tarian yang indah yang bisa dinikmati sebanyak mungkin orang. Pujilah dia dengan segala kebudayaan yang ada pada kita, yaitu budaya yang tidak bertentangan dengan Firman Tuhan. Di Timur Tengah ada rebana, di tanah Batak ada tagading dang ogung, di Jawa ada kecapi di tanah batak ada HASAPI, dll. Kita tidak perlu mempertentangkan satu budaya dengan budaya yang lain, tetapi mari saling menerangi agar budaya dan keseluruhan hidup kita bisa dipakai untuk memuji Tuhan.

Saudara/i yang dikasihi Tuhan,

Siapakah yang memuji Tuhan? pemazmur secara sederhana menyebut semua yang bernafas memuji Tuhan. Ukurannya adalah semua yang bernafas. Selama ada nafas kita memuji Tuhan. Itu artinya,  memuji Tuhan bukan hanya untuk segelintir orang saja semisal orang yang kaya, sukses dan sebaiknya orang miskin, susah dan gagal tidak boleh memuji Tuhan. Semua yang bernafas tidak peduli kondisi yang sedang dihadapi dipanggil untuk memuji Tuhan. Termasuklah didalamnya tumbuhan dan hewan yang bernafas itu. Memuji Tuhan tidak hanya terbatas hanya pada manusia saja. Ini artinya, pujian kepada Tuhan adalah nafas hidup kita dan selama kita punya nafas layaklah kita memuji Tuhan. Tidak soal, kita sakit, pakai masker, dibatasi ruang dan gerak kita, selama kita bernafas maka kita memuji Tuhan. Pujian dengan demikian menjadi karakter utama hidup kita.

Selamat berkantate dan selamat memuji Tuhan. Amin.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar