Apa yang ada padamu?
Markus 6: 38
Di tengah
krisis yang disebabkan oleh Covid-19 ini, pemerintah melakukan refocusing dan realokasi anggaran. Pemerintah pusat melakukan refocusing APBN sekaligus meminta daerah hingga desa untuk
melakukan hal yang sama. Daerah diminta tidak hanya bergantung pada pemerintah
pusat. Refocusing anggaran saya pahami
sebagai upaya untuk mengalihkan anggaran yang sudah tersusun sebelumnya untuk
penanganan Covid-19. Beberapa program yang sudah terencana tentu harus ditunda
dan dananya dialihkan ke penanganan Covid-19. Langkah ini, dari sudut pandang
saya, adalah upaya memanfaatkan dan memaksimalkan apa yang kita miliki untuk
menghadapi dan menyelesaikan kesulitan yang ditumbulkan Covid-19 yang kita hadapi.
Semua pihak diminta memaksimalkan apa yang ada. Memaksimalkan aset yang ada.
Pemanfaatan
aset dalam menghadapi masalah dan mengembangkan sebuah komunitas dalam dunia
sosial dikenal dengan metode pendekatan dan pastoral ABCD (Asset Based Comuunity Development). Pengembangan komunitas berdasar
pada aset. Pengembangan sebuah komunitas dengan segala persoalan sosial yang
dihadapinya disentuh baik aspek internal maupun eksternalnya. Pendekatan ini
sangat menghargai pemanfaatan aset yang ada dari semua pihak. Pendekatan ini,
menolong komunitas yang menghadapi masalah untuk pertama-tama memaksimalkan apa
yang ada pada mereka, meski tidak menabukan kerjasama dengan pihak lain.
Berbicara
tentang menghargai dan memanfaatkan aset yang ada saya mengajak anda untuk
merenungkan Firman Tuhan Markus 6: 38 : "Berapa
banyak roti yang ada padamu? Cobalah Periksa! Sesudah memeriksa mereka berkata:
"lima roti dan dua ikan". Teks ini adalah bagian dari kisah Yesus
memberi makan lima ribu orang. Lanjutan dari REMA hari Selasa yang lalu. Dikisahkan setelah Yesus mengatakan
kepada para murid agar memberi makan orang banyak, para murid bertanya haruskah
kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan? Menjawab
itu, Yesus bertanya berapa roti yang ada pada mereka. Fokus pertama Yesus
menyelesaikan kesulitan itu ialah dengan memanfaatkan apa yang ada pada mereka.
Bukan seperti Murid yang langsung ingin mecari dari luar komunitas itu.
Dalam hal
ini, kita bisa melihat Yesus mengajarkan pendekatan ABCD. Yesus amat menghargai
aset yang dimiliki murid dan orang yang dilayani-Nya. Bagi Yesus, apa yang ada
pada mereka harus dikembangkan dan dimanfaatkan bukan untuk disembunyikan. Dengan
metode ini, Yesus mengarahkan para murid dan orang banyak itu pada keterbukaan
hati. Orang yang terbuka hatinya pasti mau menunjukkan apa yang dia miliki.
Orang yang tertutup pasti akan menyembunyikan apa yang dia peroleh.
Setelah para
murid memeriksa rupanya ada lima roti dan dua ikan. Secara matematis, jumlah
yang ada itu tidak akan cukup bagi orang banyak. Akan tetapi, di tangan Yesus,
dengan mengucap syukur dan memberkati-Nya, apa yang sedikit itu menjadi banyak.
Mujizat terjadi, semua orang dapat makanan dan bahkan berlebih. Pemberi dan
penerima sama-sama diberkati menjadi kenyang dan bahkan ada sisa. Berkat Allah
tidak pernah habis bila disadari dan disyukuri sebagai pemberian. Dari kisah
ini kita belajar bahwa sekecil apapun yang miliki dan serahkan kepada Tuhan,
semuanya akan menjadi terberkati.
Di tengah
kondisi sulit yang kita hadapi karena Covid-19 tentu kita perlu belajar dari
cara Yesus menyeselaikan masalah. Mari pertama-tama mengembangkan dan
memanfaatkan apa yang kita miliki. Majelis Gereja kita telah melakukan refocusing anggaran dengan mengalihkan
beberapa anggaran program yang tidak dapat terlaksana dan program yang dapat
ditunda untuk penanganan Covid-19 di aras jemaat. Itu sebabnya kita bisa
membagi sembako dan masker. Selain dari kas jemaat, dalam konteks gereja, aset
yang kita miliki adalah para pelayan, warga jemaat dan apa yang kita miliki. Di
tengah kondisi sulit ini, tidak baik hanya dan langsung bergantung pada pihak
luar Jemaat seperti pemerintah, donatur, meski itu tidak dilarang. Tetapi,
meneladani Yesus mari memulai dari apa yang kita miliki. Mengumpulkan,
memanfaatkan dan mengembangkan apa yang ada pada kita. Memanfaatkan 'Roti' yang
kita miliki. "Roti" dalam konteks kita saat ini tentu bukan lagi
hanya soal makanan. Roti itu bisa bermakna kekayaan, uang, fasilitas,
kemampuan, ide-ide, keterampilan, kecapakan dalam bidang tertentu, kuasa,
kehidupan, makanan, dll.
Jemaat ini
terdiri dari 268 KK, sudah termasuk para pelayan, beserta semua yang di miliki.
Tentu sama seperti kisah di atas tidak semua memiliki "roti", bahkan mungkin
lebih banyak yang kekurangan. Untuk itulah, kita perlu mendengar undangan Yesus
untuk beralih dari ketertutupan menjadi sikap terbuka mau berbagi
"roti". Dengan pertanyaan berapa roti yang ada padamu, Yesus mengajar
kita untuk membuka hati mengakui apa yang ada pada kita serta memiliki rasa
syukur atas berkat yang kita terima, yaitu dengan menghitung apa yang ada pada
kita dan kemudian tergerak untuk berbagi apa yang kita miliki dengan orang
lain. Ingatlah, sekecil dan sesedikit apapun yang bisa kita beri dari yang kita
punya bisa berdampak besar di tangan Tuhan. Melaluinya, dalam persekutuan
jemaat akan muncul mujizat berupa letupan-letupan sukacita bersama. persekutuan
makin solid karena ditopang oleh orang-orang yang tetap merasa aman dalam
berbagi, aman untuk menerima, dan aman berada disamping yang lain.
Akhirnya,
berapa "roti" yang ada padamu hari ini? adakah "roti" yang
anda serahkan kepada Tuhan untuk dibagikan bagi sesamamu hari ini? atau
sebaliknya adakah "roti" yang anda terima hari ini? Ingatlah, Tuhan
memang sanggup melakukan segalanya, namun Ia menghargai segala talenta, kemampuan,
kebolehan apa yang dimiliki oleh umat yang percaya, termasuk saya dan anda. Ingat
pula, pengalaman orang beriman membuktikan bahwa orang yang bersedia berbagi
dalam iman kepada Allah tidak pernah kekurangan dalam hidupnya. Selamat bersyukur,
selamat menghitung roti yang ada padamu, selamat berbagi dan menerima
"roti" serta selamat menikmati mujizat dan karya besar Allah melalui hidup dan
sukacita bersama.
Selamat
malam selamat beristirahat Tuhan memberkati kita kini dan di sini. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar