Kamis, 14 Mei 2020

SIMALAKAMA


SIMALAKAMA
"Tetapi berkatalah Musa kepada Bangsa Itu: "janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selamanya". 
(Keluaran 14:13)
Tadi malam, dalam acara Mata Nadjwa bertajuk Jokowi Diuji Pandemi, salah satu yang diperbincangkan Nadjwa Shibab dan Presiden Jokowi adalah kondisi banyak rakyat yang seperti memakan buah simalakama. Keluar rumah salah karena bisa terpapar Covid-19, tidak keluar rumah juga salah, karena makanan tidak ada. Ya, serba salah adalah bagian dari situasi yang kita hadapi di tengah Covid-19. Memberi bantuan sambil foto salah, karena dianggap pamer. Memberi bantuan tanpa foto, seperti yang kita lakukan, juga salah karena dianggap tidak menularkan kebaikan, menggerakkan orang lain untuk melakukan hal yang sama. Beribadah di rumah salah, beribadah di tempat ibadah juga salah. Khotbah dan renungan direkam salah. Kami tidak butuh khotbah dan renungan, kami butuh sembako. Tidak ada khotbah dan renungan pun salah. Masa di tengah krisis seperti ini iman kami tidak diperhatikan juga. Ah semua serba salah. Maju kena, mundur kena. Serba salah membuat kita lelah. Lelah fisik, pikiran dan juga lelah hati.
Berbicara tentang kondisi simalakama, serba salah, ini saya mengajak kita untuk merenungkan Firman Tuhan dari Keluaran 14:13:"Tetapi berkatalah Musa kepada Bangsa Itu: "janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selamanya". Firman ini adalah ungkapan Musa untuk meneguhakan hati orang Israel yang sedang berada dalam kondisi terjepit, serba salah, dan berada di jalan buntu. Mereka yang baru saja keluar dari Mesir di kejar kembali oleh Firaun dan pasukannya.
Pada saat itu, bangsa Israel telah berada di tepi Laut Teberau. Mereka menoleh ke belakang dengan ketakutan karena pasukan Firaun, memandang ke depan mereka bingung karena ada laut. Mundur dihantam pasukan Firaun, maju tenggelam di laut. Keduanya sama saja, serba salah. Dalam kondisi demikian, mereka ketakutan, berseru-seru kepada TUHAN, menggerutu dan menyalahkan Musa. Musa dituduh membawa mereka keluar dari Mesir untuk mati di padang gurun. Jalan buntu dan serba salah itu membuat pikiran dan iman mereka buntu. Menyalahkan TUHAN dan MUSA sang pemimpin mereka.
Di tengah kondisi yang demikianlah Musa meneguhkan hati mereka untuk tidak takut, tetapi tetap berdiri sebab Tuhan akan menyelamatkan. Dalam ungkapan Musa ini ada optimisme. Mungkin saja Musa juga takut, tetapi ketakutannya lebih kecil dari umat Israel sebab Ia yakin Tuhan akan menolong. Optimisme Musa berusaha ia tularkan kepada umat Israel. Dalam ayat ini ada tiga langkah mengahadapi kesulitan: pertama, jangan takut dan panik. Sebab rasa takut tidak akan menolong dan bahkan bisa membuat kita lumpuh, tidak bisa berbuat apa-apa. Kedua, berdiri tetap dalam iman. Tidak tergoda untuk mengambil jalan pintas; asal segera keluar dari masalah, lalu menghahalkan segara cara. Jalan pintas lebih sering makin menjerumuskan, memperkeruh masalah. Berdiri teguh dalam iman mengajarkan kita untuk berserah kepada Tuhan dan melakukan yang benar. Ketiga, fokus pada kasih dan penyertaan Tuhan. Seberat apapun hidup, jalanilah dengan penyerahan diri dan pengharapan. Lihat Tuhan akan bertindak. Ketiga hal itulah yang kemudian dilakukan oleh orang Israel dalam kondisi serba salah itu. Akhirnya, mereka berhasil menyebrangi laut Teberau, dan semua orang Mesir yang mengejar mereka tidak pernah terlihat lagi karena tewas di laut Teberau (ay.30). Semua itu tentu karena tindakan Allah yang menolong mereka.
Di tengah situasi serba salah yang kita hadapi saat ini, kita tentu bisa belajar dari kisah perjalanan bangsa Israel di masa lalu. Tidak takut dan panik, berdiri teguh dalam iman, dan fokus pada kasih dan penyertaan-Nya. Optimis bahwa kita akan melewati masa sulit ini. Berdiri teguh dalam iman bukan berarti tidak melakukan apa-apa. Sebaliknya, sebagai orang beriman yang mencintai dan dicintai Allah, kita akan mencintai kehidupan. Kehidupan sendiri, bangsa dan bahkan dunia ini. Cinta kepada kehidupan akan mewujud dalam bentuk merawat kehidupan yang dimulai dari diri sendiri. Menjaga diri menjaga sesama. Bergandengan tangan dengan semua pihak untuk menaklukkan Covid-19 ini. Tidak menggerutu saling mneyalahkan memperkeruh suasana. Tidak pula mengambil jalan pintas dengan melakukan tindakan kejahatan demi perut sendiri. Orang beriman yang sudah keluar dari kegelapan jangan lagi menoleh kebelakang tetapi tetap maju dalam terang menuju kehidupan.
Optimisme dan keyakinan yang sama kelihatannya ingin ditularkan oleh Presiden Jokowi ketika bangsa ini sedang mengahadapai situasi serba salah karena Covid-19. Itulah yang terlihat sepanjang acara Mata Nadjwa semalam. Beliau berusaha agar rakyat tidak panik dan takut. Karena kalau takut dan panik bisa saja sistem kesehatan kita tidak sanggup dan lumpuh. Dengan hitung-hitungan yang akurat beliau memastikan bahwa negara hadir dan pada saatnya kita akan melewati kondisi ini. Mengajak semua lapisan masyarakat untuk bergandengan tangan dan tidak memperkeruh suasana. Jika ada data dan pandangan yang berbeda mari disampaikan kepada pemerintah. Jangan sibuk dan ribut sendiri. Membuat persepsi dan opini sendiri yang bisa memperkeruh suasana. Saatnya bersatu dan solider merawat kehidupan bangsa ini. Kita  harus tetap maju, tak usah mundur.
Akhirnya, dalam situasi serba salah ini, sudahkah kita optimis dan mengusir rasa takut dari hidup kita hari ini? apakah kita tetap berdiri teguh dalam iman bahwa Tuhan dalam kasih-Nya akan bertindak menolong kita? Ketika jalan buntu, iman, pengharapan, dan kasih kita tidak boleh buntu dan menyalahkan Tuhan dan sesama. Yakinlah sesulit apapun hidup kita saat dalam kondisi simalakama ini, Tuhan akan menolong. Pertolongan Tuhan akan datang dalam berbagai bentuk, dan tentu bisa datang dari diri kita yang tergerak membantu dan menolong sesama. Tuhan sungguh membuka jalan saat sepertinya tidak ada jalan. Kuncinya tetap berjalan melanjutkan hidup fokus kepada penyertaan-Nya dan teguh dalam iman melakukan kebenaran.
Selamat malam selamat beristirahat dan Tuhan Memberkati kita kini dan di sini. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar