SIMALAKAMA
"Tetapi berkatalah Musa kepada Bangsa Itu: "janganlah takut,
berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya
hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu
lihat lagi untuk selamanya".
(Keluaran 14:13)
Tadi malam,
dalam acara Mata Nadjwa bertajuk Jokowi
Diuji Pandemi, salah satu yang diperbincangkan Nadjwa Shibab dan Presiden
Jokowi adalah kondisi banyak rakyat yang seperti memakan buah simalakama.
Keluar rumah salah karena bisa terpapar Covid-19, tidak keluar rumah juga salah,
karena makanan tidak ada. Ya, serba salah adalah bagian dari situasi yang kita
hadapi di tengah Covid-19. Memberi bantuan sambil foto salah, karena dianggap pamer.
Memberi bantuan tanpa foto, seperti yang kita lakukan, juga salah karena
dianggap tidak menularkan kebaikan, menggerakkan orang lain untuk melakukan hal
yang sama. Beribadah di rumah salah, beribadah di tempat ibadah juga salah. Khotbah
dan renungan direkam salah. Kami tidak butuh khotbah dan renungan, kami butuh
sembako. Tidak ada khotbah dan renungan pun salah. Masa di tengah krisis
seperti ini iman kami tidak diperhatikan juga. Ah semua serba salah. Maju kena,
mundur kena. Serba salah membuat kita lelah. Lelah fisik, pikiran dan juga
lelah hati.
Berbicara
tentang kondisi simalakama, serba salah, ini saya mengajak kita untuk
merenungkan Firman Tuhan dari Keluaran 14:13:"Tetapi berkatalah Musa kepada Bangsa Itu: "janganlah takut,
berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya
hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu
lihat lagi untuk selamanya". Firman ini adalah ungkapan Musa untuk
meneguhakan hati orang Israel yang sedang berada dalam kondisi terjepit, serba
salah, dan berada di jalan buntu. Mereka yang baru saja keluar dari Mesir di
kejar kembali oleh Firaun dan pasukannya.
Pada saat
itu, bangsa Israel telah berada di tepi Laut Teberau. Mereka menoleh ke belakang
dengan ketakutan karena pasukan Firaun, memandang ke depan mereka bingung
karena ada laut. Mundur dihantam pasukan Firaun, maju tenggelam di laut.
Keduanya sama saja, serba salah. Dalam kondisi demikian, mereka ketakutan,
berseru-seru kepada TUHAN, menggerutu dan menyalahkan Musa. Musa dituduh membawa
mereka keluar dari Mesir untuk mati di padang gurun. Jalan buntu dan serba
salah itu membuat pikiran dan iman mereka buntu. Menyalahkan TUHAN dan MUSA
sang pemimpin mereka.
Di tengah kondisi
yang demikianlah Musa meneguhkan hati mereka untuk tidak takut, tetapi tetap
berdiri sebab Tuhan akan menyelamatkan. Dalam ungkapan Musa ini ada optimisme. Mungkin
saja Musa juga takut, tetapi ketakutannya lebih kecil dari umat Israel sebab Ia
yakin Tuhan akan menolong. Optimisme Musa berusaha ia tularkan kepada umat
Israel. Dalam ayat ini ada tiga langkah mengahadapi kesulitan: pertama, jangan takut dan panik. Sebab rasa
takut tidak akan menolong dan bahkan bisa membuat kita lumpuh, tidak bisa berbuat
apa-apa. Kedua, berdiri tetap dalam iman. Tidak tergoda untuk mengambil
jalan pintas; asal segera keluar dari masalah, lalu menghahalkan segara cara. Jalan
pintas lebih sering makin menjerumuskan, memperkeruh masalah. Berdiri teguh
dalam iman mengajarkan kita untuk berserah kepada Tuhan dan melakukan yang
benar. Ketiga, fokus pada kasih dan penyertaan Tuhan. Seberat apapun
hidup, jalanilah dengan penyerahan diri dan pengharapan. Lihat Tuhan akan
bertindak. Ketiga hal itulah yang kemudian dilakukan oleh orang Israel dalam
kondisi serba salah itu. Akhirnya, mereka berhasil menyebrangi laut Teberau,
dan semua orang Mesir yang mengejar mereka tidak pernah terlihat lagi karena tewas
di laut Teberau (ay.30). Semua itu tentu karena tindakan Allah yang menolong mereka.
Di tengah
situasi serba salah yang kita hadapi saat ini, kita tentu bisa belajar dari
kisah perjalanan bangsa Israel di masa lalu. Tidak takut dan panik, berdiri
teguh dalam iman, dan fokus pada kasih dan penyertaan-Nya. Optimis bahwa kita
akan melewati masa sulit ini. Berdiri teguh dalam iman bukan berarti tidak
melakukan apa-apa. Sebaliknya, sebagai orang beriman yang mencintai dan
dicintai Allah, kita akan mencintai kehidupan. Kehidupan sendiri, bangsa dan
bahkan dunia ini. Cinta kepada kehidupan akan mewujud dalam bentuk merawat
kehidupan yang dimulai dari diri sendiri. Menjaga diri menjaga sesama.
Bergandengan tangan dengan semua pihak untuk menaklukkan Covid-19 ini. Tidak menggerutu
saling mneyalahkan memperkeruh suasana. Tidak pula mengambil jalan pintas
dengan melakukan tindakan kejahatan demi perut sendiri. Orang beriman yang
sudah keluar dari kegelapan jangan lagi menoleh kebelakang tetapi tetap maju
dalam terang menuju kehidupan.
Optimisme
dan keyakinan yang sama kelihatannya ingin ditularkan oleh Presiden Jokowi
ketika bangsa ini sedang mengahadapai situasi serba salah karena Covid-19. Itulah
yang terlihat sepanjang acara Mata Nadjwa semalam. Beliau berusaha agar rakyat
tidak panik dan takut. Karena kalau takut dan panik bisa saja sistem kesehatan
kita tidak sanggup dan lumpuh. Dengan hitung-hitungan yang akurat beliau memastikan
bahwa negara hadir dan pada saatnya kita akan melewati kondisi ini. Mengajak semua
lapisan masyarakat untuk bergandengan tangan dan tidak memperkeruh suasana. Jika
ada data dan pandangan yang berbeda mari disampaikan kepada pemerintah. Jangan sibuk
dan ribut sendiri. Membuat persepsi dan opini sendiri yang bisa memperkeruh
suasana. Saatnya bersatu dan solider merawat kehidupan bangsa ini. Kita harus tetap maju, tak usah mundur.
Akhirnya,
dalam situasi serba salah ini, sudahkah kita optimis dan mengusir rasa takut
dari hidup kita hari ini? apakah kita tetap berdiri teguh dalam iman bahwa
Tuhan dalam kasih-Nya akan bertindak menolong kita? Ketika jalan buntu, iman, pengharapan,
dan kasih kita tidak boleh buntu dan menyalahkan Tuhan dan sesama. Yakinlah
sesulit apapun hidup kita saat dalam kondisi simalakama ini, Tuhan akan
menolong. Pertolongan Tuhan akan datang dalam berbagai bentuk, dan tentu bisa
datang dari diri kita yang tergerak membantu dan menolong sesama. Tuhan sungguh
membuka jalan saat sepertinya tidak ada jalan. Kuncinya tetap berjalan
melanjutkan hidup fokus kepada penyertaan-Nya dan teguh dalam iman melakukan
kebenaran.
Selamat
malam selamat beristirahat dan Tuhan Memberkati kita kini dan di sini. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar