PULANG KAMPUNG
RUT 1: 19-22
Dalam
perbincangan tentang mudik dan pulang kampung, rasanya tidak adil kalau hanya
merenungkan kata mudik dari sudut pengalaman spiritual kita. Oleh karena itu,
malam ini kita akan merenungkan "pulang kampung". Pulang kampung
dimaknai sebagai proses kembali dan menetap di tempat asal setelah tidak bisa
bertahan diperantauan. Sedikit berbeda dengan Mudik yang meski sama-sama
kembali ke tempat asal tetapi dilakukan hanya untuk sementara bukan menetap dan
pada masa tertentu. Pulang kampung bisa dilakukan kapan saja karena memang
rumahnya di kampung bukan diperantauan. Harus diakui bahwa Covid-19 memaksa
banyak orang untuk memilih pulang kampung untuk bisa bertahan dan mengisi
kekosongan hidup. Meninggalkan kota karena tekanan ekonomi dan ketidakpastian.
Kampung atau tempat asal dilihat lebih bisa memberi kepastian meski akan
dijalani dengan kesulitan juga. Setidaknya, di kampung ada beberapa pihak
kerabat yang bisa menolong dan ada tanah serta hasil bumi yang bisa diolah.
Berbicara
tentang Pulang Kampung, saya mengajak kita untuk merenungkan firman Tuhan dari
kitab Rut 1: 19-21a : " dan
berjalanlah keduanya sampai mereka tiba di Betlehem. Ketika mereka masuk ke Betlehem,
gemparlah seluruh kota itu karena mereka. Dan perempuan- perempuan
berkata" "Naomikah itu?" Tetapi ia berkata kepada mereka:
"janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab yag Mahakuasa
telah melakuan banyak yang pahit kepadaku. Dengan tangan penuh aku pergi,
tetapi dengan tangan kosong TUHAN memulangkan aku". Teks ini adalah sepenggal kisah kehidupan Naomi. Dikisahkan,
Naomi bersama suami dan kedua anaknya, karena masa kelaparan di Israel,
meninggalkan Betlehem menuju tanah Moab dan menetap di sana. Keputusan yang
aneh sebagai orang Israel, mereka meninggalkan tanah perjanjian, melepaskan
diri dari persekutuan umat Allah, mengembara jauh dari Allah. Meningalkan Betlehem
secara spiritual bermakna meninggalkan Allah untuk beribadah kepada dewa orang
Moab. Meninggalkan Betlehem berati juga keluar dari "Rumah roti
kehidupan" untuk mendapatkan roti di negeri asing. Sungguh sebuah
keputusan yang menunjukkan kemunduran iman.
Di Moab, Naomi mengalami kepahitan
bertubi-tubi. Suami dan kedua anaknya meninggal dunia. Karena tidak memiliki apa-apa
serta tidak sanggunup menaggung kebutuhan hidup sendiri, Naomi berkemas untuk
kembali pulang ke Betlehem. Naomi ditemani menantunya Rut yang tetap setia
mengikutinya dalam air mata kepedihan sampai ke Betlehem. Di Betlehem gemparlah
kota karena kepulangan Naomi. Mungkin karena sudah lama atau karena tekanan
hidup membuat kondisi fisik Naomi berubah orang banyak tidak mengenali dia. Para
perempuan antara bertanya atau membenarkan dan dalam nada yang empati atau
ejekan bertanya: "Naomikah Itu?" Tetapi Naomi tidak mau disebut Naomi
yang sesunguhnya berarti "manis, indah dan menyenangkan", dan memilih
dipanggil Mara yang berarti "pahit" karena semua kepahitan yang ia
alami di perantauan, tanah Moab.
Ia menyebut
bahwa mereka berangkat dengan tangan penuh, tetapi pulang dengan tangan kosong.
Ia berangkat dengan suami dan kedua anaknya tetapi pulang tanpa mereka. Ungkapan
pergi dengan tangan penuh menujukkan kesan bahwa mereka meninggalkan Betlehem bukan
karena sudah tidak makan, tetapi karena kekuatiran bahwa dimasa kelaparan itu
mereka akan kekurangan. Mereka tidak merasa cukup dengan yang ada, dan yang
paling penting tidak menyakini pertolongan Tuhan. Mereka ingin menyelesaikan persoalan
tanpa Tuhan. Hasilnya, kegagalan. Semua yang ada pada Naomi diambil. Ia pulang
dengan tangan kosong! Ia gagal di Moab dan kini Naomi sadar bahwa jauh dari
Allah dan persekutuan umat di Betlehem di tengah masa krisis justru
mendatangkan kepahitan.
Itu
sebabnya, Ia memilih pulang kampung baik secara fisik maupun spiritual. Pulang kehadirat
Tuhan dan persekutuan umat percaya. Ia yang pergi tanpa dipaksa tetapi pulang
karena paksaan. Ia pulang kampung untuk kembali menikmati persektutan dengan Tuhan
dan umat percaya di Betlehem. Ia pulang
untuk diisi kembali oleh Tuhan secara penuh. Kepenuhan itu diterimanya kemudian
dengan kehadiran Boas dalam keluarganya. Kekosongan hidupnya diisi kembali
dengan hadirnya anak yang dilahirkan oleh Rut dipangkuannya. Meski dia menyebut
dirinya Mara tetapi sepanjang kitab Rut tidak pernah ia dipanggil Mara
tetapi Naomi. Kehidupan yang manis
bersama Tuhan.
Dalam masa
dulit yang kita hadapi saat ini, secara spiritual, kita bisa seperti Naomi dan
suaminya, tergoda untuk meninggalkan Allah dan persekutuan orang percaya. Karena
kekuatiran, desakan hidup mungkin saja kita berpikir untuk menjauh dari Tuhan
dan ingin menyelesaikan persoalan ini sendiri. Tidak mau beribadah di rumah,
bertindak diluar kehendak Allah, tidak percaya dan tidak sabar menunggu
pertolongan Tuhan. Akan tetapi, belajar dari kisah Naomi, janganlah kiranya
kesulitan hidup karena Covid-19 ini membawa kita jauh dari Tuhan dan
persekutuan umat percaya. Jangan mencari kepahitan dan kekosongan hidup di luar
Tuhan. Bersama Tuhan dalam masa sulit jauh lebih indah dari pada melarikan diri
dari Tuhan Dalam persekutuan di "Betlehem", sang Roti Hidup yakni
Yesus akan mengisi kekosongan hidup dan memulihkan segala kepahitan kita meski
kita sedang menghadapi kesulitan.
Akhirnya, ditengah
keadaan sulit karena Covid-19 ini dimanakah anda saat ini? apakah menetap di "Betlehem"
dalam persekutuan dengan Tuhan dan umat percaya atau di "Moab" jauh
dari Tuhan dan persekutuan orang percaya? Jika sudah sempat meninggalkan "Betlehem"
menjauh dari Tuhan dan persekutuan Jemaat dan pergi ke "Moab" untuk
mencari "roti" disitu, kini saatnya pulang kampung dan tinggal menetap
di Betlehem dalam persekutan dengan Tuhan dan sesama. Semalam kita merenungkan
untuk menata ulang relasi kita dengan Tuhan dalam masa mudik, malam ini pastikan
ada menetap dalam relasi yang baik dengan TUHAN. Yakinlah, bersama Tuhan kesulitan dan kepahitan yang
kita alami kini akan kita lewati. Bersama Tuhan hidup tetap terasa manis meski
kondisi sedang pahit. Bersama Tuhan hidup tenang meski gelombang sedang menerpa.
Selamat pulang kampung bersekutu kembali dengan Tuhan dan umat percaya.
Selamat
malam selamat beristirahat dan Tuhan memberkati kita kini dan disini. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar