Kamis, 14 Mei 2020

Cepat dan Melambat


Cepat dan Melambat
(Markus 8: 22-26)
Saat ini Covid-19 seakan menguasai hidup kita. Tanpa kita sadari kita berada dalam dua pola yang berbeda pada waktu yang sama, yaitu serba cepat dan melambat. Di satu sisi, semua serba cepat, termasuk betapa cepatnya penyebaran Covid-19 ini, apalagi berita tentangnya, jauh lebih cepat lagi. Di sisi yang lain, hidup kita melambat dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi, pendapatan berkurang, kegiatan tertunda, dll. Menghadapi keduanya tentu sangat berat dan menegangkan. Hanya menghadapi budaya yang serba instan pun kita banyak yang kelimpungan apalagi harus menjalani hidup yang melambat dalam waktu bersamaan. Salah satu dampak dari budaya instan ini adalah kita kehilangan daya dorong untuk berjuang, kurang sabar menghadapi hidup, gampang putus asa. Itu sebabnya ada banyak kemarahan, tuntutan, terikan, sungut-sungut, dll menghiasi hidup kita belakangan ini karena kita dibuat dua kali kelimpungan.
Dalam kondisi sulit karena Covid-19 ini, tentu ada banyak hal yang kita inginkan. Makanan, kesembuhan, perjumpaan, bantuan, kerjasama, dll. Sebagian besar dari yang diharapkan itu, pastinya diinginkan agar terlaksana dengan cepat. Yang melambat dan yang cepat itu saling menarik satu sama lain. Ketika Presiden Jokowi mengumumkan akan ada penangguhan kredit dan pembebasan biaya listrik untuk daya tertentu. Karena ekonomi melambat, banyak orang berpikir bahwa ketika itu diucapkan Presiden, hari itu juga akan terlaksana. Besoknya, tidak sedikit orang pulang dari bank dengan kecewa ucapan Presiden itu belum terlakana. Mereka lupa ada proses agar kebijakan itu bisa terlaksana.
Sikap serba instan itu pun merasuki kehidpan rohani kita tatkala hidup kita melambat. Ketika Covid-19 datang, kita berdoa agar itu cepat berlalu. Ketika tidak terjadi maka Tuhan pun terkadang disalahahkan. TUHAN TIDAK DENGAR DOA KAMI. Orang Kristen, yang berpikir instan, terpana dengan kisah-kisah penyembuhan Yesus yang berlangsung cepat, hanya dengan satu kata, dan sembuh! Mereka akhirnya enggan menjalani proses. Baik proses pengobatan maupun proses pencegahan. Iman baru luar biasa ketika bisa melaksanakan sesuatu dengan cepat. Kalau tidak, maka tidak ada iman.
Merenungkan pola instan di tengah melambatnya hidup ini saya mengajak kita untuk melihat Firman Tuhan yang menunjukkan bahwa Yesus tidak melulu bekerja dengan instan, seketika dan sekejap. Ada juga kisah penyembuhan yang dilakukan Yesus dengan proses yang panjang. Salah satu contohnya tertulis dalam Markus 8: 22-28 (Mari buka alkitab dan baca).
Dalam kisah ini, Yesus melakukan penyembuhan dengan bertahap. Ia memegang tangan yang buta itu, kemudian membawanya keluar kampung, meludahi matanya, meletakkan tanganya atasnya, bertanya: "sudakah kaulihat sesuatu?" ternyata belum sempurna, Yesus kemudian meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu, barulah ia sembuh benar. Kalau kita hitung ada 6 tahapan dalam penyembuhan kali ini. Hal ini menunjukkan bahwa Yesus sedang mengajar orang buta itu, dan tentunya juga kita, untuk mau bersabar mengikuti proses dan tahapan dalam hidup ini. Tidak usah langsung marah kalau doa kita tidak langsung mewujud. Ketika korona tidak langsung punah. Yesus sedang mengajarkan apa yang disebut dengan kesabaran dan penyerahan diri pada-Nya. Sang buta itu dengan sabar mengikuti proses-Nya. Ia tidak protes ketika harus dibawa Yesus keluar kampung. Ia pun tidak langsung kecewa ketika ludah dan sentuhan pertama Yesus tidak langsung membuat dia sembuh sempurna. Ia mengikuti proses itu sambil berbincang dengan Yesus. Hingga akhirnya dalam perbincangan itu sang buta itu melalui kuasa Yesus menerima kesembuhan.
Dari sini kita belajar agar dalam masa sulit ini tidak kita hadapi hanya dengan sikap serba cepat. Cepat bisa tetapi harus sabar dan mau mengikuti proses. Dengan kata lain, dalam ketegangan antara cepat dan melambat, kita harus bisa menjaga keseimbangan keduanya. JIka kita pemangku kebijakan, mari berusaha dengan cepat melaksanakan apa yang seharusnya kita lalukan. Sebaliknya sebagai mayarakat marilah kita belajar untuk sabar menunggu proses dan tahapan yang harus kita lalui sambil berbincang dengan Tuhan dalam doa dan ibadahmu. Iman kita haruslah menyakinkan kita bahwa ini akan berlalu. Ketika ini tidak cepat berlalu bukan berarti doa tidak berfungsi dan iman tidak ada. Selain itu marilah dengan tekun mengikuti setiap anjuran pihak berwenang, serta melakukan apa yang bisa kita lakukan. Jangan ngeyel dan soksokan serta mengedepankan kebenaran dan kepentingan sendiri. Pergunakan waktu dengan baik dan buatlah hidupmu penuh makna, tanpa kemarahan, sungut sungut dan mari saling mendoakan. Covid 19 ini bisa kita maknai untuk membangun kembali kesabaran dan ketabahan kita di tengah budaya instan yang sempat menghilangkannya.
Akhirnya izinkan saya bertanya, secepat atau selambat apakah hidupmu hari ini? sudahkah anda sabar, tekun, dan tabah menjalani hari ini? jika tidak, sembari menyadari bahwa kita memang hidup dalam dunia yang instan atas nama efisiensi, kita mesti ingat semua tidak lepas dari proses. Oleh karena itu, kita membutuhkan kesabaran untuk menjalani tahap demi tahap. Allah juga sabar, maka kitapun harusnya bejar sabar. Mari menyadari bahwa hanya orang yang bersedia menyerahkan dan memercayakan diri pada Allahlah yang memperoleh kekuatan untuk tabah, sabar, dan tekun. Kristus yang telah tekun menjalani penderitaan itu menjadi pengharapan bagi kita menjalani kesulitan ini dalam ketekunan dan kesabaran. Mari berkarnya dengan cepat sembari tetap sabar dan tekun menjalani kehidupan. Amin.
Note:
Sebagai bagian dari proses melawan Covid 19. Setelah menyalurkan sembako untuk 70 KK hari minggu lalu. Paling lambat besok bersamaan dengan acara kebaktian para penatua akan membagikan 3 masker kain per keluarga. Masker diproduksi oleh warga jemaat kita yang berprofesi sebagai penjahit. Pastikan tidak ada satu keluarga pun dari warga jemaat kita yang tidak memperoleh masker ini. Jangan lupa mengucapkan terimakasih pada para penatua yang mengantar ke rumah kita.
Selamat  malam, selamat beristirahat, Tuhan memberkati kita, kini dan di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar