Ego dan Kepedulian
"dan janganlah tiap-tiap orang
mementingkan dirinya sendiri tetapi kepentingan orang lain juga" (Filipi
2: 4)
Salah satu
yang paling sering dikampanyekan di tengah pandemi Covid-19 ini adalah gerakan
kebersamaan sebagai satu bangsa menghadapi musuh bersama. Akan tetapi, seruan
ini sering diabaikan oleh masyarakat. Terlihat, ego sektroral dan pribadi masih
menjadi musuh yang belum bisa dikalahkan. Semisal, mudik (bedakan dengan pulang kampung, ya) sudah dilarang pemerintah
tetapi masih ada ribuan kendaraan yang membawa pemudik yang dipaksa oleh Polisi
putar balik. Diminta pakai masker kalau keluar rumah tetapi masih banyak yang
tidak mau pake masker, dll. Bangsa yang besar ini masih terbelenggu oleh
egoisme yang besar pula.
Mungkin kita
lupa bahwa ego yang tidak terkontrol bisa menghancurkan kebesaran. Tim Perancis
di Piala Dunia 2002 bisa dibilang tim besar yang komplit diisi oleh para bintang.
Sebut saja Lilian Thuram, Marcel Desaily, Zidane, Viera, Petit. Henry, Trezeguet.
Sebagai juara bertahan, tidak ada yang meragukan bahwa Perancis pasti bisa
melewati penyisihan group dan melaju jauh ke babak berikutnya. Nyatanya, mereka
tersingkir dan pulang sebagai tim juru kunci yang tidak bisa mencetak gol sama
sekali. Kalah 0-1 dari Senegal; ditahan imbang Uruguay 0-0 dan kalah 0-2 dari
Denmark. Taburan bintang itu membawa hasil NOL BESAR. Apa yang membuat itu
terjadi? ego pemain yang ingin menunjukkan kebintangan
masing masing. Tidak mengedepankan kerjasama dan kepentingan tim. Dalam bahasa
Batak disebut banyak yang sor sendiri.
Sehebat dan sebesar apapun sebuah tim dan bangsa tidak akan bisa berbuat banyak
menghadapi musuh sekecil apapun jika tidak bisa mengalahkan ego dan mengedepankan
kepentingan hidup bersama.
Berbicara
tentang ego dan hidup bersama saya mengajak kita untuk merenungkan kembali
Firman Tuhan yang tertulis dalam Filipi 2: 4 "dan janganlah tiap-tiap orang mementingkan dirinya sendiri tetapi
kepentingan orang lain juga". Ayat ini adalah bagian dari nasehat
Paulus kepada jemaat Filipi supaya bersatu dan merendahkan diri seperti
Kristus. Paulus mengajak umat agar menyadari betapa pentingnya hidup dalam
persatuan dengan Kristus dan dengan sesama. Oleh karena itu, jemaat hendaklah
menghindari perpecahan. Memang pada saat itu, jemaat Filipi belum terpecah
hanya saja benih perpecahan itu sudah muncul. Paulus dalam surat ini, mengambil
langkah pencegahan.
Salah satu
yang wajib dilakukan untuk mengikat persatuan dalam hidup bersama sekaligus
menghindari bahaya perpecahan adalah menanggalkan ego dan pemusatan pada diri
sendiri. Mengenai ayat ini, Barclay mengatakan:
"Apabila seseorang selalu
memperhatikan kepentingannya sendiri, ia cenderung berbenturan dengan orang
lain...pemusatan diri sendiri berarti, mau tidak mau, meniadakan orang lain;
akibatnya tujuan hidup bukan untuk menolong orang lain, melainkan
menyisihkannya". Perilaku yang mementingkan diri sendiri merusak kasih
Kristen dan menjadi halangan terbesar dalam bersama. Kita tidak boleh hanya
memedulikan nama baik, kenyamanan, dan keamanan kita sendiri, tetapi juga orang
lain. Oleh karena itu, Paulus mengajak jemaat untuk mau memikirkan dan mementingkan
kepentingan orang lain. Hidup bersama dalam solidaritas dan tujuan bersama.
Tentu teladan yang paling purna dalam hal solidaritas, keramahan, dan empati
ini adalah Kristus yang mau mengambil rupa manusia.
Belajar dari
Firman Tuhan di atas, dalam kondisi sulit karena Covid-19 ini, marilah kita
belajar untuk mampu mengeliminasi dan menyalibkan ego kita. Kita tidak bisa
bekerja sendiri, perlawanan ini adalah perlawanan kolektif. Seperti Paulus yang
mengambil langkah preventif, marilah
kita lebih mengutamakan pencegahan. Sekaitan dengan itu, aneh rasanya, jika
masih ada masyarakat yang mengalaskan "zona hijau" menjadi dasar
untuk tidak menjalani pola hidup sesuai anjuran pihak berwenang. Daerah kita
kan masih hijau, jadi santai saja, masih bisa berkerumun, tidak pakai masker, dan ibadah bersama. Apakah harus ada dulu
korban baru kita sadar? Perhatikanlah kepentingan orang lain dan menghadapi Covid-19
ini hendaklah tidak dengan kesombongan dan keangkuhan.
Dengan
mengalahkan ego kita mendukung para medis yang dalam tanggungjawabnya telah
menyalibkan ego mereka demi merawat para korban. Dengan mengalahkan ego, kita
membantu petugas kepolisian dan pihak berwenang agar tidak disibukkan lagi dengan
perilaku yang tidak solider dari masyarakat. Mau menang sendiri, ngotot sendiri,
tetapi tidak mau mati sendiri. Bangsa yang besar ini bisa ambruk dan menyesali
diri jika semua warganya mementingkan diri sendiri. Seperti Tim Perancis di
Piala Dunia 2002 itu, tim besar yang terjerembab di dasar klasemen dan pulang
dengan point Nol besar. Sudah sekian lama kita memang hidup dalam keegoan dan
mementingkan diri sendiri karena kemajuan jaman ini. Tetapi kini, marilah kita
saling menopang dan bahu membahu satu dengan yang lain untuk pertama-tama mengalahkan
diri sendiri kemudian bersama mengalahkan Covid-19. Marilah saling menopang
dengan menjaga diri, menjaga sesama. Saling menopang dengan kedisplinan hidup
pada aturan yang dibuat pihak berwenang.
Cinta kita
pada kehidupan dan bangsa ini harusnya mewujud dalam kemauan dan kemampuan
melakukan yang terbaik demi kehidupan bersama. Cinta itu pada hakikatnya akan
lebih terang dan cemerlang disituasi gelap dan kelam ini. Sebab, sebagaimana
sering kami ungkapkan, cinta laksana bintang di langit yang makin terang justru
saat hari sudah gelap. Cinta pada kehidupan bersama itupun baiknya mewujud
dalam kerelaan kita mengorbankan kepentingan sendiri demi kepentingan bersama
bukan sebaliknya mengorbankan kepentingan bersama demi kepentingan diri
sendiri. Cinta yang demikianlah yang bisa kita teladani dan nikmati dalam diri
Yesus Kristus.
Akhirnya,
sudahkah anda menyalibkan ego anda hari ini? sudahkah memperhatikan kepentingan
orang lain hari ini? atau adakah yang memperhatikan kepentinganmu hari ini? Ingatlah,
kita tidak bisa hidup sendiri, oleh karena itu tidak baik pula hanya memikirkan
kepentingan sendiri. Soliderlah sebagaimana Allah solider pada penderitaan dan
kehidupan kita. Kepedulian kita terhadap kelangsungan hidup bersama memang membutuhkan
pengorbanan besar, tetapi ketidakpedulian kita akan menghasilkan kerugian
besar. Selamat menyalibkan ego. Selamat peduli dan menikmati kepedulian Tuhan
dalam hidup bersama.
Selamat
malam selamat beristirahat Tuhan memberkati kita kini dan di sini. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar