Kamis, 14 Mei 2020

Ego dan Kepedulian


Ego dan Kepedulian
"dan janganlah tiap-tiap orang mementingkan dirinya sendiri tetapi kepentingan orang lain juga" (Filipi  2: 4)
Salah satu yang paling sering dikampanyekan di tengah pandemi Covid-19 ini adalah gerakan kebersamaan sebagai satu bangsa menghadapi musuh bersama. Akan tetapi, seruan ini sering diabaikan oleh masyarakat. Terlihat, ego sektroral dan pribadi masih menjadi musuh yang belum bisa dikalahkan. Semisal, mudik (bedakan dengan pulang kampung, ya) sudah dilarang pemerintah tetapi masih ada ribuan kendaraan yang membawa pemudik yang dipaksa oleh Polisi putar balik. Diminta pakai masker kalau keluar rumah tetapi masih banyak yang tidak mau pake masker, dll. Bangsa yang besar ini masih terbelenggu oleh egoisme yang besar pula.
Mungkin kita lupa bahwa ego yang tidak terkontrol bisa menghancurkan kebesaran. Tim Perancis di Piala Dunia 2002 bisa dibilang tim  besar yang komplit diisi oleh para bintang. Sebut saja Lilian Thuram, Marcel Desaily, Zidane, Viera, Petit. Henry, Trezeguet. Sebagai juara bertahan, tidak ada yang meragukan bahwa Perancis pasti bisa melewati penyisihan group dan melaju jauh ke babak berikutnya. Nyatanya, mereka tersingkir dan pulang sebagai tim juru kunci yang tidak bisa mencetak gol sama sekali. Kalah 0-1 dari Senegal; ditahan imbang Uruguay 0-0 dan kalah 0-2 dari Denmark. Taburan bintang itu membawa hasil NOL BESAR. Apa yang membuat itu terjadi? ego pemain yang ingin menunjukkan kebintangan masing masing. Tidak mengedepankan kerjasama dan kepentingan tim. Dalam bahasa Batak disebut banyak yang sor sendiri. Sehebat dan sebesar apapun sebuah tim dan bangsa tidak akan bisa berbuat banyak menghadapi musuh sekecil apapun jika tidak bisa mengalahkan ego dan mengedepankan kepentingan hidup bersama.
Berbicara tentang ego dan hidup bersama saya mengajak kita untuk merenungkan kembali Firman Tuhan yang tertulis dalam Filipi 2: 4 "dan janganlah tiap-tiap orang mementingkan dirinya sendiri tetapi kepentingan orang lain juga". Ayat ini adalah bagian dari nasehat Paulus kepada jemaat Filipi supaya bersatu dan merendahkan diri seperti Kristus. Paulus mengajak umat agar menyadari betapa pentingnya hidup dalam persatuan dengan Kristus dan dengan sesama. Oleh karena itu, jemaat hendaklah menghindari perpecahan. Memang pada saat itu, jemaat Filipi belum terpecah hanya saja benih perpecahan itu sudah muncul. Paulus dalam surat ini, mengambil langkah pencegahan.
Salah satu yang wajib dilakukan untuk mengikat persatuan dalam hidup bersama sekaligus menghindari bahaya perpecahan adalah menanggalkan ego dan pemusatan pada diri sendiri. Mengenai ayat ini, Barclay mengatakan: "Apabila seseorang selalu memperhatikan kepentingannya sendiri, ia cenderung berbenturan dengan orang lain...pemusatan diri sendiri berarti, mau tidak mau, meniadakan orang lain; akibatnya tujuan hidup bukan untuk menolong orang lain, melainkan menyisihkannya". Perilaku yang mementingkan diri sendiri merusak kasih Kristen dan menjadi halangan terbesar dalam bersama. Kita tidak boleh hanya memedulikan nama baik, kenyamanan, dan keamanan kita sendiri, tetapi juga orang lain. Oleh karena itu, Paulus mengajak jemaat untuk mau memikirkan dan mementingkan kepentingan orang lain. Hidup bersama dalam solidaritas dan tujuan bersama. Tentu teladan yang paling purna dalam hal solidaritas, keramahan, dan empati ini adalah Kristus yang mau mengambil rupa manusia.
Belajar dari Firman Tuhan di atas, dalam kondisi sulit karena Covid-19 ini, marilah kita belajar untuk mampu mengeliminasi dan menyalibkan ego kita. Kita tidak bisa bekerja sendiri, perlawanan ini adalah perlawanan kolektif. Seperti Paulus yang mengambil langkah preventif, marilah kita lebih mengutamakan pencegahan. Sekaitan dengan itu, aneh rasanya, jika masih ada masyarakat yang mengalaskan "zona hijau" menjadi dasar untuk tidak menjalani pola hidup sesuai anjuran pihak berwenang. Daerah kita kan masih hijau, jadi santai saja, masih bisa berkerumun, tidak pakai masker,  dan ibadah bersama. Apakah harus ada dulu korban baru kita sadar? Perhatikanlah kepentingan orang lain dan menghadapi Covid-19 ini hendaklah tidak dengan kesombongan dan keangkuhan.
Dengan mengalahkan ego kita mendukung para medis yang dalam tanggungjawabnya telah menyalibkan ego mereka demi merawat para korban. Dengan mengalahkan ego, kita membantu petugas kepolisian dan pihak berwenang agar tidak disibukkan lagi dengan perilaku yang tidak solider dari masyarakat. Mau menang sendiri, ngotot sendiri, tetapi tidak mau mati sendiri. Bangsa yang besar ini bisa ambruk dan menyesali diri jika semua warganya mementingkan diri sendiri. Seperti Tim Perancis di Piala Dunia 2002 itu, tim besar yang terjerembab di dasar klasemen dan pulang dengan point Nol besar. Sudah sekian lama kita memang hidup dalam keegoan dan mementingkan diri sendiri karena kemajuan jaman ini. Tetapi kini, marilah kita saling menopang dan bahu membahu satu dengan yang lain untuk pertama-tama mengalahkan diri sendiri kemudian bersama mengalahkan Covid-19. Marilah saling menopang dengan menjaga diri, menjaga sesama. Saling menopang dengan kedisplinan hidup pada aturan yang dibuat pihak berwenang.
Cinta kita pada kehidupan dan bangsa ini harusnya mewujud dalam kemauan dan kemampuan melakukan yang terbaik demi kehidupan bersama. Cinta itu pada hakikatnya akan lebih terang dan cemerlang disituasi gelap dan kelam ini. Sebab, sebagaimana sering kami ungkapkan, cinta laksana bintang di langit yang makin terang justru saat hari sudah gelap. Cinta pada kehidupan bersama itupun baiknya mewujud dalam kerelaan kita mengorbankan kepentingan sendiri demi kepentingan bersama bukan sebaliknya mengorbankan kepentingan bersama demi kepentingan diri sendiri. Cinta yang demikianlah yang bisa kita teladani dan nikmati dalam diri Yesus Kristus.
Akhirnya, sudahkah anda menyalibkan ego anda hari ini? sudahkah memperhatikan kepentingan orang lain hari ini? atau adakah yang memperhatikan kepentinganmu hari ini? Ingatlah, kita tidak bisa hidup sendiri, oleh karena itu tidak baik pula hanya memikirkan kepentingan sendiri. Soliderlah sebagaimana Allah solider pada penderitaan dan kehidupan kita. Kepedulian kita terhadap kelangsungan hidup bersama memang membutuhkan pengorbanan besar, tetapi ketidakpedulian kita akan menghasilkan kerugian besar. Selamat menyalibkan ego. Selamat peduli dan menikmati kepedulian Tuhan dalam hidup bersama.
Selamat malam selamat beristirahat Tuhan memberkati kita kini dan di sini. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar