Raksasa yang tidak kelihatan
1 Sam 17: 37
Covid-19 telah menjadi raksasa yang dihadapi
oleh dunia ini. Ia menjadi raksasa yang tidak kelihatan. Banyak negara,
termasuk Indonesia, dibuat kelimpungan. Covid-19 tidak kelihatan tapi bagaikan raksasa
yang meruntuhkan dan merontokkan bangunan kehidupan kita. Bangunan ekonomi,
politik, bahkan bangunan iman dan spiritualitas kita pun banyak yang runtuh
tatkala Covid-19 lewat. Raksasa ekonomi dunia seperti China, Jerman dan Amerika
pun kewalahan. Beberapa hari yang lalu, Menkeu mengatakan bahwa Ekonomi China minus 6,8 %. Negara adidaya Amerika
Serikat dibuat tidak berdaya. AS menjadi negara yang paling banyak angka
kematiaannya di dunia karena Covid-19.
Bangunan dan
pola peribadatan agama-agama, termasuk gereja pun runtuh dan dipaksa mencari pola
dan bangunan yang baru. Bahkan sebelum Covid-19 tiba disuatu daerah, ia sudah
membuat daerah itu kelimpungan karena dampaknya yang amat luas. Ia kecil tetapi
mematikan. Covid-19 mematikan semua keegoan dan kebesaran kita: Kekayaan,
jabatan, kecantikan, dll. Banyak uang
dan berencana membuat acara saur matua untuk
menghormati orang tua yang meninggalpun tidak bisa. Covid-19 telah meruntuhkan ungkapan hepeng do mangatur sude!
Merenung
tentang menghadapi raksasa kehidupan, malam ini saya mengajak kita untuk
kembali mengenang unkapan Daud berikut ini "Tuhan yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar
beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filitin itu"(1 Sam
17:37). Ayat ini adalah bagian dari kisah
Daud menghadapi Goliat. Kisah ini dimulai dengan munculnya Goliat, sang rakasasa,
dihadapan barisan pasukan Israel yang dipimpin oleh raja Saul. Melihat dan
menghadapi Goliat barisan Israel dan Raja Saul pun ketakutan. Semangat mereka
runtuh dan barisan pertahanan gemetar. Dalam rasa takut yang dahsyat itu, Daud
muncul sebagai tokoh yang menghadirkan perbedaan. Disaat bangsa dan rajanya
ketakutan, meski sempat dihalangi, ia yang masih muda dan tidak berpengalaman
di medan perang, tetapi telah dipersiapkan Tuhan di padang penggembalaan, dengan
penuh percaya diri dan keyakinan maju menghadapi Goliat.
Apa yang
dilakukan oleh Daud untuk menaklukkan raksasa itu? Pertama, adalah Penyerahan diri dan keyakinan pada pertolongan
Tuhan. Kedua, memaksimalkan apa yang ada
padanya untuk melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Keyakinan Daud pada
pertolongan Tuhan menjadi kunci utama. Ia mengingat apa yang dilakukan Tuhan dalam
hidupnya dimasa lalu ketika ia berhadapan dengan raksasa padang belantara yakni
Singa dan Beruang. Karena Tuhan melepaskannya dari cakar singa dan beruang, Ia
pun yakin Tuhan akan menyerahkan GOLIAT raksasa medan tempur itu ketangannya. TUHAN
YANG AKAN MENYERAHKAN! kunci utama. Keyakinan akan pertolongan Tuhan dimasa
lalu menolong dia menyakini banhwa di masa kini pun Tuhan akan menolong dia. Sebab
pertolongan Tuhan kekal selamannya.
Kemudian ia
maju berperang mengandalkan Tuhan dan menggunakan umban yang biasa dia pakai di
padang penggembalaan. Ia memakai apa yang ada padanya untuk menjatuhkan Goliat dan
Dia menang. Ia tidak mau memakai perlengkapan perang raja Saul, karena ia tidak
biasa dengan itu, bahkan menghalanginya berjalan. Ia tetap menjadi dirinya
sendiri di tangan Tuhan. Hal kecil jika diserahkan kepada penyertaan Tuhan bisa
berdampak besar dan menaklukkan raksasa.
Kini, di
saat kita menghadapi dua raksasa yang tidak kelihatan yakni Covid-19 dan
ketakutan dalam diri kita, kita diingatkan agar menghadapinya dengan: pertama, menyerahkan diri kepada Tuhan, kedua, tetap menjadi diri sendiri dan
memaksimalkan apa yang ada pada kita. Ini adalah peperangan kita bersama,
jangan harapkan ada satu orang Daud
tapi jadikan dirimu menjadi seperti Daud.
Pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama, pengusaha, dan semua lapisan masyarakat
hendaknya memaksimalkan apa yang ada padanya. Ketiga, jangan tawar hati tetapi tetap yakin dan optimis maju.
Kenyataan
bahwa Covid-19 ini kecil, mengingatkan kita sekali lagi agar jangan pernah
meremehkan hal-hal kecil. Dalam penanggulannya pun, hal kecil yang bisa kita lakukan
jika diserahkan pada Tuhan maka akan berdampak besar. Hal-hal kecil seperti
rajin cuci tangan, pakai masker, tidak berkerumun, saling berbagi, saling
mendoakan, dll jangan dianggap remeh karena bisa berdampak besar. Jangan
berpikir harus hal hebat yang kita lakukan agar terhindar dari dan memerangi Covid-19.
Pengalaman
kita melewati berbagai krisis di masa lalu kiranya menolong kita untuk tetap
yakin bahwa kini dan disinipun Tuhan akan menolong kita. Kita akan melewati
"kunjungan" raksasa yang tidak
kelihaatan ini sebagai pemenang. Wabah
paling besar yang pernah ada, terjadi di Eropa tahun 1346-1353 yang menewaskan
200 juta jiwa. Wabah ini disebut dengan "Kematian
hitam" atau Black death. Wabah
yang dasyat itu bisa dilewati dan kehidupan tidak punah. Dalam konteks
nasional, meski tidak sama dengan Covid-19, Krisis ekonomi 98 telah kita
lewati, krisis virus Babi tahun lalu telah kita lewati. Kita mungkin akan
limbung tetapi jangan sampai runtuh dan rontok. Oleh karena itu, pondasi dan
bangunan iman kita hendaklah semakin kokoh meski diterjang oleh raksasa yang tidak
kelihatan ini. Yakinkan diri, bahwa krisis saat inipun akan kita lewati, Tuhan
yang maha baik itu AKAN meluputkan kita dan MENAKKLUKKAN Covid-19 ini pada
waktunya.
Akhirnya,
izinkan saya bertanya sudahlah kita mengandalkan Tuhan hari ini? sudakah kita
memaksimalkan apa yang ada pada kita untuk menunjang kehidupan? Tetaplah optimis
dan jangan tawar hati. Bersama Tuhan dan sesama kita bisa melewati krisis ini. Ingatlah,
dalam krisis yang besar dibutuhkan iman yang besar pula.
Selamat malam, selamat beristirahat Tuhan memberkati
kita kini dan di sini. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar