Kamis, 14 Mei 2020

Raksasa yang tidak kelihatan

Raksasa yang tidak kelihatan
1 Sam 17: 37
Covid-19 telah menjadi raksasa yang dihadapi oleh dunia ini. Ia menjadi raksasa yang tidak kelihatan. Banyak negara, termasuk Indonesia, dibuat kelimpungan. Covid-19 tidak kelihatan tapi bagaikan raksasa yang meruntuhkan dan merontokkan bangunan kehidupan kita. Bangunan ekonomi, politik, bahkan bangunan iman dan spiritualitas kita pun banyak yang runtuh tatkala Covid-19 lewat. Raksasa ekonomi dunia seperti China, Jerman dan Amerika pun kewalahan. Beberapa hari yang lalu, Menkeu mengatakan bahwa Ekonomi  China minus 6,8 %. Negara adidaya Amerika Serikat dibuat tidak berdaya. AS menjadi negara yang paling banyak angka kematiaannya di dunia karena Covid-19.
Bangunan dan pola peribadatan agama-agama, termasuk gereja pun runtuh dan dipaksa mencari pola dan bangunan yang baru. Bahkan sebelum Covid-19 tiba disuatu daerah, ia sudah membuat daerah itu kelimpungan karena dampaknya yang amat luas. Ia kecil tetapi mematikan. Covid-19 mematikan semua keegoan dan kebesaran kita: Kekayaan, jabatan, kecantikan, dll.  Banyak uang dan berencana membuat acara saur matua untuk menghormati orang tua yang meninggalpun tidak bisa. Covid-19 telah meruntuhkan ungkapan hepeng do mangatur sude!
Merenung tentang menghadapi raksasa kehidupan, malam ini saya mengajak kita untuk kembali mengenang unkapan Daud berikut ini "Tuhan yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filitin itu"(1 Sam 17:37). Ayat ini adalah bagian dari kisah Daud menghadapi Goliat. Kisah ini dimulai dengan munculnya Goliat, sang rakasasa, dihadapan barisan pasukan Israel yang dipimpin oleh raja Saul. Melihat dan menghadapi Goliat barisan Israel dan Raja Saul pun ketakutan. Semangat mereka runtuh dan barisan pertahanan gemetar. Dalam rasa takut yang dahsyat itu, Daud muncul sebagai tokoh yang menghadirkan perbedaan. Disaat bangsa dan rajanya ketakutan, meski sempat dihalangi, ia yang masih muda dan tidak berpengalaman di medan perang, tetapi telah dipersiapkan Tuhan di padang penggembalaan, dengan penuh percaya diri dan keyakinan maju menghadapi Goliat.
Apa yang dilakukan oleh Daud untuk menaklukkan raksasa itu? Pertama, adalah Penyerahan diri dan keyakinan pada pertolongan Tuhan. Kedua, memaksimalkan apa yang ada padanya untuk melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Keyakinan Daud pada pertolongan Tuhan menjadi kunci utama. Ia mengingat apa yang dilakukan Tuhan dalam hidupnya dimasa lalu ketika ia berhadapan dengan raksasa padang belantara yakni Singa dan Beruang. Karena Tuhan melepaskannya dari cakar singa dan beruang, Ia pun yakin Tuhan akan menyerahkan GOLIAT raksasa medan tempur itu ketangannya. TUHAN YANG AKAN MENYERAHKAN! kunci utama. Keyakinan akan pertolongan Tuhan dimasa lalu menolong dia menyakini banhwa di masa kini pun Tuhan akan menolong dia. Sebab pertolongan Tuhan kekal selamannya.
Kemudian ia maju berperang mengandalkan Tuhan dan menggunakan umban yang biasa dia pakai di padang penggembalaan. Ia memakai apa yang ada padanya untuk menjatuhkan Goliat dan Dia menang. Ia tidak mau memakai perlengkapan perang raja Saul, karena ia tidak biasa dengan itu, bahkan menghalanginya berjalan. Ia tetap menjadi dirinya sendiri di tangan Tuhan. Hal kecil jika diserahkan kepada penyertaan Tuhan bisa berdampak besar dan menaklukkan raksasa.
Kini, di saat kita menghadapi dua raksasa yang tidak kelihatan yakni Covid-19 dan ketakutan dalam diri kita, kita diingatkan agar menghadapinya dengan:  pertama, menyerahkan diri kepada Tuhan, kedua, tetap menjadi diri sendiri dan memaksimalkan apa yang ada pada kita. Ini adalah peperangan kita bersama, jangan harapkan ada satu orang Daud tapi jadikan dirimu menjadi seperti Daud. Pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama, pengusaha, dan semua lapisan masyarakat hendaknya memaksimalkan apa yang ada padanya. Ketiga, jangan tawar hati tetapi tetap yakin dan optimis maju.
Kenyataan bahwa Covid-19 ini kecil, mengingatkan kita sekali lagi agar jangan pernah meremehkan hal-hal kecil. Dalam penanggulannya pun, hal kecil yang bisa kita lakukan jika diserahkan pada Tuhan maka akan berdampak besar. Hal-hal kecil seperti rajin cuci tangan, pakai masker, tidak berkerumun, saling berbagi, saling mendoakan, dll jangan dianggap remeh karena bisa berdampak besar. Jangan berpikir harus hal hebat yang kita lakukan agar terhindar dari  dan memerangi Covid-19.
Pengalaman kita melewati berbagai krisis di masa lalu kiranya menolong kita untuk tetap yakin bahwa kini dan disinipun Tuhan akan menolong kita. Kita akan melewati "kunjungan" raksasa yang tidak kelihaatan ini sebagai pemenang.  Wabah paling besar yang pernah ada, terjadi di Eropa tahun 1346-1353 yang menewaskan 200 juta jiwa. Wabah ini disebut dengan "Kematian hitam" atau Black death. Wabah yang dasyat itu bisa dilewati dan kehidupan tidak punah. Dalam konteks nasional, meski tidak sama dengan Covid-19, Krisis ekonomi 98 telah kita lewati, krisis virus Babi tahun lalu telah kita lewati. Kita mungkin akan limbung tetapi jangan sampai runtuh dan rontok. Oleh karena itu, pondasi dan bangunan iman kita hendaklah semakin kokoh meski diterjang oleh raksasa yang tidak kelihatan ini. Yakinkan diri, bahwa krisis saat inipun akan kita lewati, Tuhan yang maha baik itu AKAN meluputkan kita dan MENAKKLUKKAN Covid-19 ini pada waktunya.
Akhirnya, izinkan saya bertanya sudahlah kita mengandalkan Tuhan hari ini? sudakah kita memaksimalkan apa yang ada pada kita untuk menunjang kehidupan? Tetaplah optimis dan jangan tawar hati. Bersama Tuhan dan sesama kita bisa melewati krisis ini. Ingatlah, dalam krisis yang besar dibutuhkan iman yang besar pula.
Selamat  malam, selamat beristirahat Tuhan memberkati kita kini dan di sini. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar