Pembawa Kebaikan Kecil
"Tetapi
bidan bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan
raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup" (Keluaran 1: 17)
Tadi pagi,
di WAG keluarga, Abang saya mengirimkan video berita di Kompas TV terkait
dampak Covid-19 di Jakarta. Sebagai salah
satu episentrum penyebaran Covid-19, di kawasan Tanah Abang, ada banyak orang
yang harus tidur di emperan toko karena tidak bisa lagi membayar kos. Karena
PSBB yang diberlakukan, mereka berhenti bekerja dan tidak punya uang. Diberitakan
pula, ada relawan yang memberi mereka makanan. Perbuatan baik yang kecil itu memang
tidak merubah situasi Jakarta dan Indonesia secara keseluruhan, tetapi kebaikan
kecil itu tidaklah sia-sia sebab sangat berdampak besar pada orang yang
menerima makanan itu.
Dalam
kondisi sulit seperti saat ini, umat manusia tentu mengharapkan dan mensyukuri
kebaikan sekecil apapun. Kita juga bersyukur bahwa sudah begitu banyak orang yang
melakukan kebaikan seperti yang diberitakan di Kompas TV tersebut. Saya jadi
teringat, tatkala mempersiapkan renungan tangal 24 semalam, saya dihubungi oleh
seseorang dan bertanya apakah GKPI Saroha masih akan melakukan kegiatan
pembagian sembako tahap II? saya jawab: "ya,
awal atau pertengahan Mei, GKPI Saroha akan melakukannya dengan pola yang sama
seperti tahap pertama". Mendengar itu, mereka tergerak ikut berpartisipasi.
Meski mereka mengatakan hanya sedikit yang bisa kami beri, hanya untuk 20 Kg beras
dan 2 Papan telor, Saya menyambutnya dengan gembira. Saya katakan bahwa
kebaikan kecil dimasa sulit ini akan sangat besar artinya.
Berbicara tentang
kebaikan kecil, saya mengajak kita untuk merenungkan Firman Tuhan Keluaran 1:
17 "Tetapi bidan bidan itu takut
akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir kepada mereka,
dan membiarkan bayi-bayi itu hidup". Teks ini adalah bagian dari kisah
penindasan orang Israel di Mesir. Di tengah penidasan itu, karena rasa kuatir, Firaun
memerintahkan dua orang bidan bernama Sifra dan Pua untuk membunuh semua bayi
laki-laki Israel yang lahir saat mereka membantu persalinan perempuan Israel.
Rencana Firaun adalah memutus generasi Israel yang semakin hari semakin banyak.
Akan tetapi, karena Sifra dan Pua takut akan Allah mereka membiarkan bayi-bayi
itu hidup dan mengabaikan perintah Firaun.
Dasar
perbuatan baik Sifra dan Pua adalah karena mereja Takut akan Tuhan. Rasa takut akan Tuhan membuat mereka teguh pada
prinsip sebagai seorang bidan. Tugas utama seorang bidan adalah untuk menolong
dan menyelamatkan nyawa si Ibu maupun si bayi dalam proses persalinan. Sifra
dan Pua tahu betul bahwa bidan bertugas untuk memberi kehidupan yang baru,
bukan sebaliknya menghilangkan nyawa dan kehidupan. Meski mereka memiliki
kesempatan sekaligus legal standing
untuk membunuh bayi itu, tetapi mereka tidak mau. Kedua bidan ini memilih melakukan kebaikan ditengah kesempatan
melakukan kejahatan. Perbuatan baik dan prinsip yang teguh akan tugas
panggilan disukai Tuhan. Itu sebabnya, di ayat 20a disebutkan maka Allah berbuat baik kepada bidan bidan
itu. Perbuatan baik selalu berdampak positif pada sipenerima dan sipemberi.
Memang,
kebaikan Sifra dan Pua tidak terlalu berpengaruh pada nasib bangsa Israel yang
sedang diperbudak itu. Israel tetap menjadi budak Mesir meski bayi-bayi laki-laki
itu dibiarkan hidup oleh keduanya. Akan tetapi, tindakan itu sangat bermanfaat
dan pengaruhnya besar sekali bagi para orang tua bayi tersebut. Selain itu,
perbuatan baik itu telah merawat keberlangsungan generasi Israel. Atas
perkenanan Tuhan, keduanya dipakai untuk merawat hidup umat Israel di masa
depan. Perbuatan baik kedua bidan itu dengan demikian adalah bagian dari
pemeliharaan Tuhan akan keberlangsungan hidup bangsa-Nya.
Eka
Darmaputra dalam bukunya Menyembah dalam
Roh dan Kebenaran mengutip sebuah sajak sebagai berikut: "Allah menciptakan matahari, matahari memberi
sesuatu. Allah menciptakan bulan, bulan memberi sesuatu. Allah mencipta
bintang, bintang memeberi sesuatu. Allah menciptakan awan, awan memberi
sesuatu. Allah menciptakan bumi, buni memberi sesuatu. Allah menciptakan pohon,
pohon memberi sesuatu. Allah menciptakan bunga, bunga memberi sesuatu. Allah
menciptakan anda, apa yang Anda dan saya beri? Allah mencipta saya, apa yang
saya beri?"
Ini patut
direnungkan! Ya, apa yang kita beri bagi kehidupan ini? khususnya dalam situsi
sulit karena Covid-19 ini? Ayub Yahya dala buku Semak Duri Jadi Raja menegaskan bahwa konon, ada tiga jenis manusia
di dunia: (1) orang yang ada atau tidak sama saja, tidak membuat orang lain
sedih atau senang; (2) orang yang lebih baik tidak ada, orang lain justru
merasa senang kalau ia tidak ada; (3) orang yang kehadirannya membawa kebaikan,
sehingga bila ia tidak ada, orang lain merasa sedih dan kehilangan. Harapannya
tentu kita ini adalah manusia yang kehadiranya membawa kebaikan.
Maka, dalam
kondisi sulit karena Covid-19 ini, marilah kita berlomba menjadi pembawa kebaikan;
dimanapun dan dalam bentuk apapun. Kebaikan kecil yang kita lakukan meski tidak
merubah keseluruhan kondisi sulit ini, tetapi hal tersebut berdampak besar bagi
orang yang merasakannya. Kebaikan kecil seperti berbagi rejeki kepada sesama, mengikuti
anjuran pihak berwenang, membuat orang tetap tenang tidak panik tidak marah/emosi
dengan bersikap baik, mengirim video motivasi, mengirim renungan, menolong
orang lain dalam kesedihan, dll adalah beberapa kebaikan kecil yang bisa kita
lakukan. Kebaikan tidak harus megah. Tidak usah minder jika hanya bisa memberi
telor pada orang yang sudah tidak dapat membeli telor. Bahka mengizinkan istri
di rumah nonton Drakor mungkin adalah sebuah kebaikan.
Akhirnya, adakah
anda menerima kebaikan hari ini? atau sudahkah anda melakukan kebaikan hari
ini? adakah sesama yang membutuhkan perbuatan baik anda hari ini? semoga kita
tidak membiarkan kesempatan berbuat baik itu berlalu begitu saja. Mari
menyakini dan menghidupi bahwa perbuatan baik sekecil apapun dimasa sulit ini
adalah cara Allah merawat kehidupan. Tuhan akan memberkati orang yang merawat
kehidupan seperti Sifra dan Pua. Jadilah orang baik yang berpegang teguh pada
prinsip panggilan profesi dan iman mu. Jauhilah kejahatan meski ada kesempatan
tetaplah memilih melakukan kebaikan. Selamat berbuat baik dan selamat menikmati
kebaikan Tuhan melalui sesama.
Selamat
malam, selamat beristirahat , Tuhan memberkati kita kini dan di sini. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar