Kamis, 14 Mei 2020

Pembawa Kebaikan Kecil


Pembawa Kebaikan Kecil
"Tetapi bidan bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup" (Keluaran 1: 17)
Tadi pagi, di WAG keluarga, Abang saya mengirimkan video berita di Kompas TV terkait dampak  Covid-19 di Jakarta. Sebagai salah satu episentrum penyebaran Covid-19, di kawasan Tanah Abang, ada banyak orang yang harus tidur di emperan toko karena tidak bisa lagi membayar kos. Karena PSBB yang diberlakukan, mereka berhenti bekerja dan tidak punya uang. Diberitakan pula, ada relawan yang memberi mereka makanan. Perbuatan baik yang kecil itu memang tidak merubah situasi Jakarta dan Indonesia secara keseluruhan, tetapi kebaikan kecil itu tidaklah sia-sia sebab sangat berdampak besar pada orang yang menerima makanan itu.  
Dalam kondisi sulit seperti saat ini, umat manusia tentu mengharapkan dan mensyukuri kebaikan sekecil apapun. Kita juga bersyukur bahwa sudah begitu banyak orang yang melakukan kebaikan seperti yang diberitakan di Kompas TV tersebut. Saya jadi teringat, tatkala mempersiapkan renungan tangal 24 semalam, saya dihubungi oleh seseorang dan bertanya apakah GKPI Saroha masih akan melakukan kegiatan pembagian sembako tahap II? saya jawab:  "ya, awal atau pertengahan Mei, GKPI Saroha akan melakukannya dengan pola yang sama seperti tahap pertama". Mendengar itu, mereka tergerak ikut berpartisipasi. Meski mereka mengatakan hanya sedikit yang bisa kami beri, hanya untuk 20 Kg beras dan 2 Papan telor, Saya menyambutnya dengan gembira. Saya katakan bahwa kebaikan kecil dimasa sulit ini akan sangat besar artinya.
Berbicara tentang kebaikan kecil, saya mengajak kita untuk merenungkan Firman Tuhan Keluaran 1: 17 "Tetapi bidan bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup". Teks ini adalah bagian dari kisah penindasan orang Israel di Mesir. Di tengah penidasan itu, karena rasa kuatir, Firaun memerintahkan dua orang bidan bernama Sifra dan Pua untuk membunuh semua bayi laki-laki Israel yang lahir saat mereka membantu persalinan perempuan Israel. Rencana Firaun adalah memutus generasi Israel yang semakin hari semakin banyak. Akan tetapi, karena Sifra dan Pua takut akan Allah mereka membiarkan bayi-bayi itu hidup dan mengabaikan perintah Firaun.
Dasar perbuatan baik Sifra dan Pua adalah karena mereja Takut akan Tuhan. Rasa takut akan Tuhan membuat mereka teguh pada prinsip sebagai seorang bidan. Tugas utama seorang bidan adalah untuk menolong dan menyelamatkan nyawa si Ibu maupun si bayi dalam proses persalinan. Sifra dan Pua tahu betul bahwa bidan bertugas untuk memberi kehidupan yang baru, bukan sebaliknya menghilangkan nyawa dan kehidupan. Meski mereka memiliki kesempatan sekaligus legal standing untuk membunuh bayi itu, tetapi mereka tidak mau. Kedua bidan ini memilih melakukan kebaikan ditengah kesempatan melakukan kejahatan. Perbuatan baik dan prinsip yang teguh akan tugas panggilan disukai Tuhan. Itu sebabnya, di ayat 20a disebutkan maka Allah berbuat baik kepada bidan bidan itu. Perbuatan baik selalu berdampak positif pada sipenerima dan sipemberi.
Memang, kebaikan Sifra dan Pua tidak terlalu berpengaruh pada nasib bangsa Israel yang sedang diperbudak itu. Israel tetap menjadi budak Mesir meski bayi-bayi laki-laki itu dibiarkan hidup oleh keduanya. Akan tetapi, tindakan itu sangat bermanfaat dan pengaruhnya besar sekali bagi para orang tua bayi tersebut. Selain itu, perbuatan baik itu telah merawat keberlangsungan generasi Israel. Atas perkenanan Tuhan, keduanya dipakai untuk merawat hidup umat Israel di masa depan. Perbuatan baik kedua bidan itu dengan demikian adalah bagian dari pemeliharaan Tuhan akan keberlangsungan hidup bangsa-Nya.
Eka Darmaputra dalam bukunya Menyembah dalam Roh dan Kebenaran mengutip sebuah sajak sebagai berikut: "Allah menciptakan matahari, matahari memberi sesuatu. Allah menciptakan bulan, bulan memberi sesuatu. Allah mencipta bintang, bintang memeberi sesuatu. Allah menciptakan awan, awan memberi sesuatu. Allah menciptakan bumi, buni memberi sesuatu. Allah menciptakan pohon, pohon memberi sesuatu. Allah menciptakan bunga, bunga memberi sesuatu. Allah menciptakan anda, apa yang Anda dan saya beri? Allah mencipta saya, apa yang saya beri?"
Ini patut direnungkan! Ya, apa yang kita beri bagi kehidupan ini? khususnya dalam situsi sulit karena Covid-19 ini? Ayub Yahya dala buku Semak Duri Jadi Raja menegaskan bahwa konon, ada tiga jenis manusia di dunia: (1) orang yang ada atau tidak sama saja, tidak membuat orang lain sedih atau senang; (2) orang yang lebih baik tidak ada, orang lain justru merasa senang kalau ia tidak ada; (3) orang yang kehadirannya membawa kebaikan, sehingga bila ia tidak ada, orang lain merasa sedih dan kehilangan. Harapannya tentu kita ini adalah manusia yang kehadiranya membawa kebaikan.
Maka, dalam kondisi sulit karena Covid-19 ini, marilah kita berlomba menjadi pembawa kebaikan; dimanapun dan dalam bentuk apapun. Kebaikan kecil yang kita lakukan meski tidak merubah keseluruhan kondisi sulit ini, tetapi hal tersebut berdampak besar bagi orang yang merasakannya. Kebaikan kecil seperti berbagi rejeki kepada sesama, mengikuti anjuran pihak berwenang, membuat orang tetap tenang tidak panik tidak marah/emosi dengan bersikap baik, mengirim video motivasi, mengirim renungan, menolong orang lain dalam kesedihan, dll adalah beberapa kebaikan kecil yang bisa kita lakukan. Kebaikan tidak harus megah. Tidak usah minder jika hanya bisa memberi telor pada orang yang sudah tidak dapat membeli telor. Bahka mengizinkan istri di rumah nonton Drakor mungkin adalah sebuah kebaikan.
Akhirnya, adakah anda menerima kebaikan hari ini? atau sudahkah anda melakukan kebaikan hari ini? adakah sesama yang membutuhkan perbuatan baik anda hari ini? semoga kita tidak membiarkan kesempatan berbuat baik itu berlalu begitu saja. Mari menyakini dan menghidupi bahwa perbuatan baik sekecil apapun dimasa sulit ini adalah cara Allah merawat kehidupan. Tuhan akan memberkati orang yang merawat kehidupan seperti Sifra dan Pua. Jadilah orang baik yang berpegang teguh pada prinsip panggilan profesi dan iman mu. Jauhilah kejahatan meski ada kesempatan tetaplah memilih melakukan kebaikan. Selamat berbuat baik dan selamat menikmati kebaikan Tuhan melalui sesama.
Selamat malam, selamat beristirahat , Tuhan memberkati kita kini dan di sini. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar