Kamis, 14 Mei 2020

Kehadiran yang biasa saja


Kehadiran yang biasa saja
  "Dan sesudah gempa itu datanglah Api. Tetapi tidak ada Tuhan di dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepo-isepoi basa. Segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya, lalu pergi kelua dan berdiri di pintu gua itu. Maka datang suara kepadanya yang berbunyi: "Apakah kerjamu disini hai Elia?"
(1 Raja 19: 12-13)
Sering sekali, dalam kesulitan seperti yang kita hadapi saat ini karena Covid-19 ini, kita tidak bisa merasakan serta mempertanyakan kehadiran Allah. Kita beranggapan bahwa kehadiran Allah akan kita rasakan dalam hal-hal yang luar biasa. Seperti kemarin dalam renungan malam kita melihat bagaimana Allah menolong Israel dengan membelah laut Teberau. Yesus menyembuhkan orang seketika. Hal ini sering dijadikan satu-satunya rujukan akan kepedulian, pertolongan, dan kehadiran Allah. Sehingga jika Tuhan hadir maka kita akan merasa tercengang! karena tindakannya luar biasa. Itu sebabnya banyak juga orang yang memaksa kalau ditanya apa kabar, harus dijawab luar biasa! Menceritakan pengalaman rohani pun harus yang luar biasa. Semisal, seseorang sembuh dari sakit menahun setelah diolesi minyak padahal dokter sudah menyerah, dll. Pemahaman dan penghayatan yang demikian akhirnya tidak bisa menerima dan merasakan kehadiran Allah dalam kehidupan sehari-hari yang biasa-biasa saja.
Berbicara tentang merasakan kehadiran Allah dalam kesulitan, dalam persfektif "yang biasa saja", saya mengajak kita untuk merenungkan Firman Tuhan 1 Raja-raja 19:12-13: "Dan sesudah gempa itu datanglah Api. Tetapi tidak ada Tuhan di dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepo-isepoi basa. Segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya, lalu pergi kelua dan berdiri di pintu gua itu. Maka datang suara kepadanya yang berbunyi: "Apakah kerjamu disini hai Elia?" Teks ini adalah penggalan dari kisah Elia yang mengalami kesulitan. Ia sangat tertekan karena nyawanya terancam. Izebel bertitah untuk mencabut nyawanya. Ia ketakutan dan melarikan diri ke Gunung Horeb. Di gunung itu, Allah menyatakan diri kepada Elia. Dikisahkan, bahwa angin besar dan kuat yang membelah gunung- gunung dan memecahkan bukit-bukit batu mandahului Tuhan, tetapi tidak ada Tuhan dalam angin itu. Datang pula gempa tetapi tidak ada Tuhan dalan gempa itu. Kemudian datanglah api tetapi tidak ada Tuhan dalam api itu. Terakhir datanglah angin sepoi-sepoi basa, dan Elia merasakan kehadiran Tuhan, sehingga ia menyelubungi mukanya dengan wajahnya. Elia merasakan kehadiran Allah dalam peristiwa yang biasa, yang lembut penuh kasih. Tidak dalam angin kencang, gempa, dan api yang dahsyat.
Melalui kisah ini, kita belajar bahwa kehadiran Allah bisa kita rasakan melalui kejadian yang biasa-biasa saja. Tidak melulu harus luar biasa. Dalam kehidupan sehari-hari pun kita dapat merasakan pengalaman dengan Tuhan. John Navone dalam buku Toward of a Theology of Beauty mengatakan: "dengan menatap penuh cinta dan kagum kita dapat "melihat" Pencipta di dalam kebenaran dan kebaikan serta di dalam keindahan segala sesuatu" termasuk hal-hal yang biasa (h.85). Selain itu, Martin Luther, sebagaimana dikutip oleh Joas Adiprasetya dalam buku Labirin kehidupan, berkata: " Kristus pastilah hadir dan aktif di mana-mana, bahkan dalam daun terkecil dari sebuah pohon...Ialah Allah yang menciptakan segala sesuatu, yang memunculkan dan merawat mereka dengan KuasaNya yang agung...Namun, jika ia menciptakan dan merawat, maka Ia pastilah hadir...di dalam setiap ciptaan..."
Masalahnya ialah maukah kita membuka hati untuk melihat dan merasakan kehadiran Tuhan dalam hal yang biasa itu? Melihat dan merasakan Tuhan dalam kebenaran, kebaikan, dan keindahan dalam situasi yang sulit karena Covid-19 tentu tidak harus dalam hal yang spektakuler. Kebaikan akan tetap menjadi kebaikan meski ukurannya sangat kecil. Kebaikan tidak ditentukan oleh aspek ukuran spektakuler atau tidak. Kebenaran dan keindahan pun demikian. Oleh karena itu, mari merasakan kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari kita sehingga kita tidak mudah menuding Tuhan tidak hadir dalam hidup kita. Padahal bisa saja kita tidak peka dan membuka hati untuk merasakan kehadiran-Nya dalam hidup keseharian kita.
Di tengah Covid-19 ini, misalnya saya merasakan dan mesyukuri kehadiran Tuhan dalam kehadiran Ibu saya. Awalnya, Ibu hadir di rumah karena Inang pendeta kurang sehat. Dan seharusnya Ibu berangkat ke Ambon pada tanggal 25 Maret yang lalu. Tetapi tidak jadi karena Covid-19. Kehadiran Ibu sangat menolong kami sekeluarga. Secara khusus menolong saya untuk mengerjakan apa yang seharusnya saya kerjakan sebagai Pendeta Jemaat. Terlebih di awal April yang lalu, tatkala kita merayakan rangkaian Paskah. Dalam satu minggu saya harus menulis dan merekam 6 khotbah. Dengan kehadiran Ibu, saya bisa lebih leluasa mengerjakan semua dengan baik tanpa harus berbagi pikiran dan tenaga untuk menjaga anak kami. Sampai saat ini, kehadiran Ibu sangat menolong memberi waktu bagi saya untuk mempersiapkan renungan malam setiap hari. Sungguh, melalui kehadiran Ibu yang nampaknya biasa itu, saya merasakan Tuhan hadir menolong dan menopang saya mengerjakan tugas panggilan yang diembankan-Nya padaku.
Selain kehadiran Ibu, saya juga merasakan dan mensyukuri kehadiran Allah melalui kebaikan hati 30 keluarga warga jemaat yang mau berbagi dengan 70 Keluarga warga jemaat yang membutuhkan pertolongan. Betapa Allah hadir dalam indahnya persaudaraan dan iman yang mewujud dalam aksi tersebut. Saya juga yakin untuk bulan Mei masih akan merasakan kehadarian Allah dalam jemaat kita, tatkala kita kembali melakukan aksi berbagi tersebut.
Akhirnya, dalam situas sulit ini, sudakah anda merasakan kehadiran Tuhan dalam kehidupan anda hari ini? apakah anda merasakan, melihat, dan melakukan kebenaran, kebaikan, dan keindahan dalam hidup hari ini? Ingat dan yakinlah Allah  hadir dalam hal yang spektakuler dan juga dalam hidup keseharian kita. Bahkan dalam sepi dan sedih pun. Mari hidup dalam kebenaran, kebaikan, dan keindahan supaya sekitar kita bisa merasakan kehadiran Allah lewat kehidupan kita. Bersyukurlah sebab hari ini dalam hidupmu yang biasa itu Allah hadir disampingmu, hanya anda butuh menyadarinya. Allah memang LUAR BIASA tetapi IA hadir dalam hidup manusia yang BIASA. Itu adalah salah satu inti dari pengajaran Alkitab, bahwa Allah yang LUAR BIASA ITU mau memasuki kehidupan manusia yang biasa dalam diri Yesus Kristus. Selamat menikmati kehadiran Tuhan dalam hidup kita yang biasa, dalam keseharian kita.
Selamat malam, selamat beristirahat, Tuhan memberkati kita kini dan di sini. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar