Kehadiran yang biasa saja
"Dan sesudah gempa itu datanglah Api. Tetapi
tidak ada Tuhan di dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin
sepo-isepoi basa. Segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan
jubahnya, lalu pergi kelua dan berdiri di pintu gua itu. Maka datang suara kepadanya
yang berbunyi: "Apakah kerjamu disini hai Elia?"
(1 Raja 19: 12-13)
Sering sekali,
dalam kesulitan seperti yang kita hadapi saat ini karena Covid-19 ini, kita
tidak bisa merasakan serta mempertanyakan kehadiran Allah. Kita beranggapan
bahwa kehadiran Allah akan kita rasakan dalam hal-hal yang luar biasa. Seperti
kemarin dalam renungan malam kita melihat bagaimana Allah menolong Israel dengan
membelah laut Teberau. Yesus menyembuhkan orang seketika. Hal ini sering
dijadikan satu-satunya rujukan akan kepedulian, pertolongan, dan kehadiran
Allah. Sehingga jika Tuhan hadir maka kita akan merasa tercengang! karena
tindakannya luar biasa. Itu sebabnya banyak juga orang yang memaksa kalau ditanya apa kabar, harus dijawab luar biasa! Menceritakan
pengalaman rohani pun harus yang luar biasa. Semisal, seseorang sembuh dari
sakit menahun setelah diolesi minyak padahal dokter sudah menyerah, dll.
Pemahaman dan penghayatan yang demikian akhirnya tidak bisa menerima dan
merasakan kehadiran Allah dalam kehidupan sehari-hari yang biasa-biasa saja.
Berbicara
tentang merasakan kehadiran Allah dalam kesulitan, dalam persfektif "yang biasa saja", saya
mengajak kita untuk merenungkan Firman Tuhan 1 Raja-raja 19:12-13: "Dan sesudah gempa itu datanglah Api. Tetapi
tidak ada Tuhan di dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin
sepo-isepoi basa. Segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan
jubahnya, lalu pergi kelua dan berdiri di pintu gua itu. Maka datang suara kepadanya
yang berbunyi: "Apakah kerjamu disini hai Elia?" Teks ini adalah
penggalan dari kisah Elia yang mengalami kesulitan. Ia sangat tertekan karena
nyawanya terancam. Izebel bertitah untuk mencabut nyawanya. Ia ketakutan dan
melarikan diri ke Gunung Horeb. Di gunung itu, Allah menyatakan diri kepada
Elia. Dikisahkan, bahwa angin besar dan kuat yang membelah gunung- gunung dan
memecahkan bukit-bukit batu mandahului Tuhan, tetapi tidak ada Tuhan dalam
angin itu. Datang pula gempa tetapi tidak ada Tuhan dalan gempa itu. Kemudian
datanglah api tetapi tidak ada Tuhan dalam api itu. Terakhir datanglah angin
sepoi-sepoi basa, dan Elia merasakan kehadiran Tuhan, sehingga ia menyelubungi
mukanya dengan wajahnya. Elia merasakan kehadiran Allah dalam peristiwa yang
biasa, yang lembut penuh kasih. Tidak dalam angin kencang, gempa, dan api yang
dahsyat.
Melalui kisah
ini, kita belajar bahwa kehadiran Allah bisa kita rasakan melalui kejadian yang
biasa-biasa saja. Tidak melulu harus luar biasa. Dalam kehidupan sehari-hari
pun kita dapat merasakan pengalaman dengan Tuhan. John Navone dalam buku Toward of a Theology of Beauty
mengatakan: "dengan menatap penuh
cinta dan kagum kita dapat "melihat" Pencipta di dalam kebenaran dan
kebaikan serta di dalam keindahan segala sesuatu" termasuk hal-hal
yang biasa (h.85). Selain itu, Martin Luther, sebagaimana dikutip oleh Joas
Adiprasetya dalam buku Labirin kehidupan, berkata: " Kristus pastilah hadir dan aktif di mana-mana, bahkan dalam daun
terkecil dari sebuah pohon...Ialah Allah yang menciptakan segala sesuatu, yang
memunculkan dan merawat mereka dengan KuasaNya yang agung...Namun, jika ia
menciptakan dan merawat, maka Ia pastilah hadir...di dalam setiap
ciptaan..."
Masalahnya
ialah maukah kita membuka hati untuk melihat dan merasakan kehadiran Tuhan
dalam hal yang biasa itu? Melihat dan merasakan Tuhan dalam kebenaran, kebaikan, dan keindahan dalam
situasi yang sulit karena Covid-19 tentu tidak harus dalam hal yang
spektakuler. Kebaikan akan tetap menjadi kebaikan meski ukurannya sangat kecil.
Kebaikan tidak ditentukan oleh aspek ukuran spektakuler atau tidak. Kebenaran
dan keindahan pun demikian. Oleh karena itu, mari merasakan kehadiran Tuhan
dalam kehidupan sehari-hari kita sehingga kita tidak mudah menuding Tuhan tidak
hadir dalam hidup kita. Padahal bisa saja kita tidak peka dan membuka hati
untuk merasakan kehadiran-Nya dalam hidup keseharian kita.
Di tengah
Covid-19 ini, misalnya saya merasakan dan mesyukuri kehadiran Tuhan dalam
kehadiran Ibu saya. Awalnya, Ibu hadir di rumah karena Inang pendeta kurang
sehat. Dan seharusnya Ibu berangkat ke Ambon pada tanggal 25 Maret yang lalu.
Tetapi tidak jadi karena Covid-19. Kehadiran Ibu sangat menolong kami
sekeluarga. Secara khusus menolong saya untuk mengerjakan apa yang seharusnya
saya kerjakan sebagai Pendeta Jemaat. Terlebih di awal April yang lalu, tatkala
kita merayakan rangkaian Paskah. Dalam satu minggu saya harus menulis dan
merekam 6 khotbah. Dengan kehadiran Ibu, saya bisa lebih leluasa mengerjakan
semua dengan baik tanpa harus berbagi pikiran dan tenaga untuk menjaga anak
kami. Sampai saat ini, kehadiran Ibu sangat menolong memberi waktu bagi saya
untuk mempersiapkan renungan malam setiap hari. Sungguh, melalui kehadiran Ibu
yang nampaknya biasa itu, saya merasakan Tuhan hadir menolong dan menopang saya
mengerjakan tugas panggilan yang diembankan-Nya padaku.
Selain
kehadiran Ibu, saya juga merasakan dan mensyukuri kehadiran Allah melalui
kebaikan hati 30 keluarga warga jemaat yang mau berbagi dengan 70 Keluarga warga
jemaat yang membutuhkan pertolongan. Betapa Allah hadir dalam indahnya
persaudaraan dan iman yang mewujud dalam aksi tersebut. Saya juga yakin untuk
bulan Mei masih akan merasakan kehadarian Allah dalam jemaat kita, tatkala kita
kembali melakukan aksi berbagi tersebut.
Akhirnya, dalam
situas sulit ini, sudakah anda merasakan kehadiran Tuhan dalam kehidupan anda
hari ini? apakah anda merasakan, melihat, dan melakukan kebenaran, kebaikan,
dan keindahan dalam hidup hari ini? Ingat dan yakinlah Allah hadir dalam hal yang spektakuler dan juga
dalam hidup keseharian kita. Bahkan dalam sepi dan sedih pun. Mari hidup dalam
kebenaran, kebaikan, dan keindahan supaya sekitar kita bisa merasakan kehadiran
Allah lewat kehidupan kita. Bersyukurlah sebab hari ini dalam hidupmu yang
biasa itu Allah hadir disampingmu, hanya anda butuh menyadarinya. Allah memang
LUAR BIASA tetapi IA hadir dalam hidup manusia yang BIASA. Itu adalah salah
satu inti dari pengajaran Alkitab, bahwa Allah yang LUAR BIASA ITU mau memasuki
kehidupan manusia yang biasa dalam diri Yesus Kristus. Selamat menikmati
kehadiran Tuhan dalam hidup kita yang biasa, dalam keseharian kita.
Selamat malam, selamat beristirahat, Tuhan memberkati
kita kini dan di sini. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar