Berbuah
di tengah Krisis
(Gal.
5:22-23a)
Kondisi sulit dan tertekan
bisa membuat manusia tidak fokus, terjebak dalam ketergesaan, bahkan lost of control. Tergesagesa mengambil
keputusan, marah, menuduh, dan mencaci pihak lain yang menggangu atau tidak
sepaham dengannya. Hal demikian sangat jamak kita temukan dimasa Covid -19 ini.
Hampir disemua sendi kehidupan, orang-orang yang ada didalamnya sangat cepat
marah, naik pitam, menyalahkan, menuduh, dan bahkan mencaci. Kemarahan dan
saling tuduh menjadi konsumsi keseharian kita. Bahkan dalam proses pembagian
bantuan, baik dari pemerintah, gereja, para dermawan pun, tidak luput dari
kemarahan, saling tuduh, kecaman bahkan sampai cacian. Penetapan calon penerima
bantuan pun sudah diwarnai dengan ketegangan, ancam mengancam, tuduh menuduh
mulai di medsos dan bahkan di dunia nyata.
Pelayanan di gereja
pun demikian. Dalam kondisi serba tergesa itu, saya pernah ditelepon teman
sekerja, ia berkata: "bagaimana ini
pak pendeta, saya sudah menjalankan tugas sebaik mungkin hingga ke rumah-rumah
jemaat tetapi tetap juga dimarahi, tidak dihargai, dicela seakan-akan saya
tidak menjalankan tugas, rasanya mau berhenti saja". Rupanya buah yang
dihasilkan tekanan kehidupan dalam ketergesaan itu bisa menaklukkan orang yang
ramah menjadi pemarah. Membuat orang baik hampir jatuh pada sikap menyerah dan
berhenti melakukan yang baik. Memang kondisi kita saat ini sungguh menguras
emosi, tenaga, dan pikiran. Tetapi mari senantiasa mengingat bahwa pohon yang
berbuah baiklah yang senantiasa dilempari orang banyak. Maka tidak baik
berhenti menghasilkan buah kehidupan hanya karena situasi dan tanggapan orang
sekitar kita. Biarlah kita tetap berbuah meski dalam situasi krisis seperti
saat ini.
Berbicara tentang
buah kehidupan di tengah masa sulit ini, saya mengajak kita untuk kembali
merenungkan firman Tuhan tentang buah Roh yaitu Gal 5: 22-23a "tetapi
buah roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan,
kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri". Ayat ini menujukkan
sifat dan karakter positif yang dikehendaki dan dianugerahkan Tuhan dalam diri
kita sebagai buah dari kehidupan. Pertanyaannya dimanakah kita menerima,
mengasah dan menghidupi buah Roh itu? Sembilan buah Roh yang dituliskan Paulus
ini menunjukkan hubungan tiga rangkap yakni hubungan kita dengan Tuhan, sesama,
dan diri sendiri. Kesembilan buah roh ini dipenguruhi oleh iman kita kepada
Tuhan yang memberi kehidupan.
Tiga buah pertama
kita terima dan asah dalam hidup beriman kepada Kristus membawa kita mengalami
Kasih Allah. Kasih Allah dalam Kristus yang mematahkan kesedihan dan ketakutan
karena dosa dan kuasa Iblis membawa kita menikmati sukacita dan damai
sejahtera. Selanjutnya, dalam relasi dengan sesama kita bisa menjalin hubungan
baik serta mengasah kesabaran. Terhadap celaan, cacian, tuduhan dan kemarahan
orang lain kita bisa bersabar menerima dengan penuh pengertian. Semunaya bisa menjadi
wadah dan ladang untuk menumbuhkan dan mengasah kesabaran. Selain itu, dalam
kondisi sulit ini, kita bisa bermurah hati menolong sesama, punya kepedulian
dan siap memberi bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Dengan kata lain,
sebagai orang beriman kepada Kristus, relasi kita dengan sesama membawa kita
pada buah kesabaran, kemurahan, dan
kebaikan. Tiga buah roh yang lain berkatian dengan hubungan kita dengan
diri sendiri yang berkaitan dengan watak dan karakter kita yakni: kesetiaan,
kelemahlembutan dan penguasan diri.
Menjalin hubungan dan
perenungan dengan diri sendiri di saat krisis seperti yang kita hadapi saat ini
menjadi sangat penting. Menghadapi hujatan karena ketidaksabaran, kemarahan,
dan ketergesaan orang disekitar memerlukan kesetiaan pada tugas panggilan kita
masing-masing. Keteguhan melakukan tugas dan kebaikan tidak ditentukan oleh
pihak di luar diri kita tetapi oleh kesetiaan kita sebagai anak Tuhan. Sehingga
kita tidak akan mundur meski dicela dan tidak dimengerti. Kesetiaan akan
memampukan kita untuk tetap lemah lembut menjawab semua orang. Kemarahan dan ocehan
orang jangan sampai membuat kita berubah dari peramah menjadi pemarah.
Kemarahan yang dihadapi dengan kamarahan akan memunculkan soal yang lain. Kelembutan
dan kebenaranlah yang menakklukkannya. Itulah sebanya, dalam situasi saat ini
penguasaan diri menjadi sangat penting. Jangan kiranya situasi disekitar kita
malah yang menguasai diri kita. Menaklukkan krisis dan situasi yang kita hadapi
dimulai dari menguasai diri sendiri. Ini tentu tidak mudah sebab dimana ada
kebaikan, kesetiaan, kesabaran, dll disitu Iblis berusaha melakukan
sebaliknya. Tetapi yakinlah semua bisa
kita lakukan bersama UThan yang telah menaklukkan Iblis.
Saat ini, ketika tekanan
dan kesulitan hidup karena covid19 membuat hidup menjadi buram, hitam, pesimis
dan tanpa harapan, Tuhan memanggil kita untuk membawa kabar baik, berita
gembira, dan sukacita. Ia menginginkan kita tetap hidup dengan terus menerus
menghasilkan buah. Kita harus mengingat bahwa krisis dalam hidup kita merupakan
salah satu ciri ciptaan Tuhan. Menjadi murid Yesus bukan hanya akan
menemukan sorga, tetapi juga menghadapi krisis dan melaluinya. Untuk
itu, kita butuh menghayati dan menghidupi buah-buah Roh. Buah Roh yang
terbangun dalam relasi kita dengan Tuhan, sesama, dan diri sendiri, akan
membawa kita pada kemampuan untuk tetap kuat saat keadaan tidak menyenangkan;
mampu bersyukur ketika tidak ada apa-apa; mampu tersenyum waktu diremehkan; dan
mampu taat kepada Tuhan walaupun sedang terpuruk. Melaluinya, seperti akan kita
renungkan besok dalam khotbah kebaktian sektor, berita kematian, kejahatan, kesulitan tidak menghambat umat percaya
untuk tetap bernyanyi.
Akhirnya, dalam kondisi
sulit yang kita hadapi apakah buah hidup anda yang bisa dihayati dan dinikmati
hari ini? Kiranya hidup kita tetap berbuah manis ditengah krisis yang terjadi.
Tetap setia berbuah meski dilempari dengan celaan, kemarahan,
ketidakmengertian, dll dengan tetap menjaga hubungan baik dengan Tuhan, sesama,
dan diri sendiri. Selamat menjalani krisis dan selamat berbuah bersama Tuhan,
sesama dan diri sendiri.
Selamat malam, selamat beristirahat dan Tuhan memberkati
kita kini dan di sini. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar