Jumat, 22 Mei 2020

Berbuah di tengah Krisis


Berbuah di tengah Krisis
(Gal. 5:22-23a)
Kondisi sulit dan tertekan bisa membuat manusia tidak fokus, terjebak dalam ketergesaan, bahkan lost of control. Tergesagesa mengambil keputusan, marah, menuduh, dan mencaci pihak lain yang menggangu atau tidak sepaham dengannya. Hal demikian sangat jamak kita temukan dimasa Covid -19 ini. Hampir disemua sendi kehidupan, orang-orang yang ada didalamnya sangat cepat marah, naik pitam, menyalahkan, menuduh, dan bahkan mencaci. Kemarahan dan saling tuduh menjadi konsumsi keseharian kita. Bahkan dalam proses pembagian bantuan, baik dari pemerintah, gereja, para dermawan pun, tidak luput dari kemarahan, saling tuduh, kecaman bahkan sampai cacian. Penetapan calon penerima bantuan pun sudah diwarnai dengan ketegangan, ancam mengancam, tuduh menuduh mulai di medsos dan bahkan di dunia nyata.
Pelayanan di gereja pun demikian. Dalam kondisi serba tergesa itu, saya pernah ditelepon teman sekerja, ia berkata: "bagaimana ini pak pendeta, saya sudah menjalankan tugas sebaik mungkin hingga ke rumah-rumah jemaat tetapi tetap juga dimarahi, tidak dihargai, dicela seakan-akan saya tidak menjalankan tugas, rasanya mau berhenti saja". Rupanya buah yang dihasilkan tekanan kehidupan dalam ketergesaan itu bisa menaklukkan orang yang ramah menjadi pemarah. Membuat orang baik hampir jatuh pada sikap menyerah dan berhenti melakukan yang baik. Memang kondisi kita saat ini sungguh menguras emosi, tenaga, dan pikiran. Tetapi mari senantiasa mengingat bahwa pohon yang berbuah baiklah yang senantiasa dilempari orang banyak. Maka tidak baik berhenti menghasilkan buah kehidupan hanya karena situasi dan tanggapan orang sekitar kita. Biarlah kita tetap berbuah meski dalam situasi krisis seperti saat ini.
Berbicara tentang buah kehidupan di tengah masa sulit ini, saya mengajak kita untuk kembali merenungkan firman Tuhan tentang buah Roh yaitu Gal 5: 22-23a  "tetapi buah roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri". Ayat ini menujukkan sifat dan karakter positif yang dikehendaki dan dianugerahkan Tuhan dalam diri kita sebagai buah dari kehidupan. Pertanyaannya dimanakah kita menerima, mengasah dan menghidupi buah Roh itu? Sembilan buah Roh yang dituliskan Paulus ini menunjukkan hubungan tiga rangkap yakni hubungan kita dengan Tuhan, sesama, dan diri sendiri. Kesembilan buah roh ini dipenguruhi oleh iman kita kepada Tuhan yang memberi kehidupan.
Tiga buah pertama kita terima dan asah dalam hidup beriman kepada Kristus membawa kita mengalami Kasih Allah. Kasih Allah dalam Kristus yang mematahkan kesedihan dan ketakutan karena dosa dan kuasa Iblis membawa kita menikmati sukacita dan damai sejahtera. Selanjutnya, dalam relasi dengan sesama kita bisa menjalin hubungan baik serta mengasah kesabaran. Terhadap celaan, cacian, tuduhan dan kemarahan orang lain kita bisa bersabar menerima dengan penuh pengertian. Semunaya bisa menjadi wadah dan ladang untuk menumbuhkan dan mengasah kesabaran. Selain itu, dalam kondisi sulit ini, kita bisa bermurah hati menolong sesama, punya kepedulian dan siap memberi bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Dengan kata lain, sebagai orang beriman kepada Kristus, relasi kita dengan sesama membawa kita pada buah kesabaran, kemurahan, dan kebaikan. Tiga buah roh yang lain berkatian dengan hubungan kita dengan diri sendiri yang berkaitan dengan watak dan karakter kita yakni: kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasan diri.
Menjalin hubungan dan perenungan dengan diri sendiri di saat krisis seperti yang kita hadapi saat ini menjadi sangat penting. Menghadapi hujatan karena ketidaksabaran, kemarahan, dan ketergesaan orang disekitar memerlukan kesetiaan pada tugas panggilan kita masing-masing. Keteguhan melakukan tugas dan kebaikan tidak ditentukan oleh pihak di luar diri kita tetapi oleh kesetiaan kita sebagai anak Tuhan. Sehingga kita tidak akan mundur meski dicela dan tidak dimengerti. Kesetiaan akan memampukan kita untuk tetap lemah lembut menjawab semua orang. Kemarahan dan ocehan orang jangan sampai membuat kita berubah dari peramah menjadi pemarah. Kemarahan yang dihadapi dengan kamarahan akan memunculkan soal yang lain. Kelembutan dan kebenaranlah yang menakklukkannya. Itulah sebanya, dalam situasi saat ini penguasaan diri menjadi sangat penting. Jangan kiranya situasi disekitar kita malah yang menguasai diri kita. Menaklukkan krisis dan situasi yang kita hadapi dimulai dari menguasai diri sendiri. Ini tentu tidak mudah sebab dimana ada kebaikan, kesetiaan, kesabaran, dll disitu Iblis berusaha melakukan sebaliknya.  Tetapi yakinlah semua bisa kita lakukan bersama UThan yang telah menaklukkan Iblis.
Saat ini, ketika tekanan dan kesulitan hidup karena covid19 membuat hidup menjadi buram, hitam, pesimis dan tanpa harapan, Tuhan memanggil kita untuk membawa kabar baik, berita gembira, dan sukacita. Ia menginginkan kita tetap hidup dengan terus menerus menghasilkan buah. Kita harus mengingat bahwa krisis dalam hidup kita merupakan salah satu ciri ciptaan Tuhan. Menjadi murid Yesus bukan hanya akan menemukan sorga, tetapi juga menghadapi krisis dan melaluinya. Untuk itu, kita butuh menghayati dan menghidupi buah-buah Roh. Buah Roh yang terbangun dalam relasi kita dengan Tuhan, sesama, dan diri sendiri, akan membawa kita pada kemampuan untuk tetap kuat saat keadaan tidak menyenangkan; mampu bersyukur ketika tidak ada apa-apa; mampu tersenyum waktu diremehkan; dan mampu taat kepada Tuhan walaupun sedang terpuruk. Melaluinya, seperti akan kita renungkan besok dalam khotbah kebaktian sektor, berita kematian, kejahatan, kesulitan tidak menghambat umat percaya untuk tetap bernyanyi.
Akhirnya, dalam kondisi sulit yang kita hadapi apakah buah hidup anda yang bisa dihayati dan dinikmati hari ini? Kiranya hidup kita tetap berbuah manis ditengah krisis yang terjadi. Tetap setia berbuah meski dilempari dengan celaan, kemarahan, ketidakmengertian, dll dengan tetap menjaga hubungan baik dengan Tuhan, sesama, dan diri sendiri. Selamat menjalani krisis dan selamat berbuah bersama Tuhan, sesama dan diri sendiri.
Selamat malam, selamat beristirahat dan Tuhan memberkati kita kini dan di sini. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar